Rabu, 03 Maret 2021

Hanya sebatas Teman

Assalamualaikum.
Ini Saya Vasilysa, dan ini kisahKuu

Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu Universitas Swasta di kota ini. Saya tipe cewek yang tidak tau memulai sebuah obrolan apalagi dengan orang baru. Dan hari ini Saya harus belajar akan hal itu karena Saya memasuki dunia baru. Yang tidak ada satu orangpun yang saling kenal. "yah, Saya sekarang menjadi seorang mahasiswi. Saya harus mencari teman".

Itulah kira-kira ucapan Saya sebelum memasuki gerbang kampus. Saya terus berjalan sambil menengok satu persatu pintu ruangan di gedung itu. Karena Saya belum mengetahui dimana ruangan belajar Saya hari itu. Sambil berjalan Saya juga melihat orang-orang berdiri sendirian dan hanya mengobrol dengan handphone genggam masing-masing. "hahahah, mereka semua ternyata sama dengan Saya. Tidak punya teman ngobrol".

Saya lalu tiba disebuah pintu yang ternyata adalah kelas Saya untuk hari itu. Didalam sudah ada beberapa orang yang juga hanya duduk sambil memainkan jari-jemari Mereka. Saya lalu memilih salah satu bangku untuk duduk juga dan mengeluarkan handphone dari tas Saya. Hal seperti ini terus terulang setiap harinya, Saya belum memiliki teman untuk ngobrol. Sebenarnya bukan tidak sama sekali ngobrol, ada beberapa orang yang mengajak Saya berkenalan. Tapi, itu hanya sebatas Kami saling mengenal nama satu sama lain. Entah itu berjalan berapa lama, lalu Saya sampai pada satu titik dimana Saya telah memiliki teman yang cukup dekat dan Kami sering bersama. Akhirnya Kami membuat kelompok tersendiri sebanyak 4 orang, Saya dan 2 orang teman perempuan ditambah 1 orang Kakak laki-laki. Entah bagaimana Kami berempat terus bisa bersama. Tapi, orang-orang sudah menganggap Kami membuat kelompok. Padahal sebenarnya tidak karena Kami juga masih berteman dan bahkan sering jalan bersama dengan teman perempuan Kami yang lain. Cuman mungkin ketika Kami berempat bertemu ada hal yang kelihatanya terlalu asik kalau hanya Kami berempat yang mengobrolkannya, sehingga mungkin teman yang lain memilih menepih kalau Kita berempat bertemu.

Sampai pada titik akhirnya Kami berempat, memiliki julukan jika memanggil satu dan yang lainnya Becce, Jhangkeng, Indo dan K' Bhaco. Saya juga lupa intinya bagaimana tiba-tiba Kita sudah saling memanggil julukan Kami masing-masing. Julukan itu juga tidak Kami kunci untuk Kami berempat saja, karena teman yang lain juga bisa memanggil Kami dengan julukan itu. Hal itu Saya lakukan karena merasa kalau sampai Kami menetapkan itu dilingkungan pertemanan Kami berempat saja, itu akan mempersempit lingkup pertemanan Kami. Saya sendiri memutuskan untuk tetap mengobrol dan mengajak teman-teman yang lain ikut dengan Kami. Sampai pada akhirnya dalam Kami tidak ada sekat untuk mengobrol satu sama lain. 

Singkat cerita, Saya jadi memiliki Kakak laki-laki yang super banyak selain yang tadi dikelompok Kami berempat. Sekarang Saya, bisa saja salah sebut nama Mereka ketika hendak memanggil karena saking banyaknya Kakak Saya dalam kelas. Ada yang Saya panggil dengan sebutan Kakak ada juga dengan sebutan Kanda. Pasti ada yang bertanya, "Kenapa memanggil teman sekelas dengan Kakak atau Kanda ?? Yah, karena memang umur Mereka lebih tua dari Saya".

Dengan memanggil Mereka seperti itu juga Saya jauh merasa lebih menghargai Mereka dan jadi ada sekat antara Saya untuk memposisikan Mereka dalam hidup Saya. Selain itu Saya juga sudah dari dulu mengharapkan saudara laki-laki. Karena Saya tidak memiliki saudara kandung laki-laki. Kalau Saya menceritakan kisah Mereka satu-satu  dalam hidup Saya, mungkin tidak sulit karena Mereka memilki porsi dan posisinya masing-masing dalam hidup Saya. Tapi, akan membuat Saya capek "Taukan, AdikMuu ini malas dan cepat capek orangnya. 😂😂😂".

Tapi, kalau Kakak mau tau Kisah kalian dalam hidup Saya dan mau Saya tuliskan ceritanya langsung Whatapp saja yah. Nanti Saya tuliskan dan kirimkan secara pribadi. 

Beberapa bulan berjalan, Kami semua sudah saling mengetahui sifat dan karakter masing-masing. Dan mulai juga terdengar ditelinga Saya, bahwa sudah ada beberapa diantara Kami yang saling mengisi hati. Entah bagaimana kisah Mereka bisa saling jatuh cinta dan akhirnya memilih untuk bersama. Saya yang saat itu menjalani hubungan jarak jauh sering merasa "wah, enak yah Mereka ketemu setiap hari. Bahkan dalam keadaan belajarpun Mereka bisa saling tatap-tatapan satu sama lain". 
Pemikiran Saya itu pada akhirnya menimbulkan konflik antara Saya dan pasangan saat itu. Saya dan pasangan saat itu memutuskan untuk bagaimana kalau Kita mencari zona nyaman dulu. Kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi beberapa saat, dan nyatanya memang Saya tidak bisa lepas dari Dia. Mungkin orang mengaggapnya lebay, tapi itu Saya rasakan. Saya nyaman dengan kehidupan seperti ini, karena Saya orangnya mudah bosan dengan pasangan jika terus-terus bertemu. Bahkan Saya pernah berfikir begini "ngobrolon apasih Mereka setiap hari ketemu ?? Apa tidak bosan yah. Masuk kampus dia lagi, dia lagi. Pulang dikosan telfonan lagi padahal seharian ketemu". Maaf yang kesinggung 😁😁
Eh,  kenapa malah bahs pasangan !!!! 


Saya memiliki Kakak dan Kanda yang super perhatian terhadap Saya di kampus. Jadi mungkin itu juga yang membuat Saya nyaman menjalini hubungan jarak jauh. Karena ditempat Saya berada sekarang, Saya tidak kekurangan kasih sayang dan perhatian. Karena ada Mereka yang terus menawarkan itu kepada Saya. Walaupun mungkin memang akan bedah jika dengan pasangan. Tapi, harus tetap Saya nikmati karena ini proses. Saya justru bersyukur dikampus Saya bisa merasakan hal yang lebih dan masih dalam batas wajar karena Saya tau Saya punya pasangan. Saya harus memberi batas bagaimana Saya bersikap pada teman-teman laki-laki Saya. 

Jujur Saya menyukai orang-orang yang perhatian dan Saya menemukan itu pada Saudara-saudara laki-laki Saya di Kampus. Terkadang karena kenyamanan perhatian Mereka terhadap Saya. Saya sampai lupa kalau memiliki pasangan yang saat itu harus Saya jaga kepercayaannya. Tapi, jangan khawatir Saya tidak akan sampai kebablasan karena sebelum Saya menjadikan Mereka saudara. Saya sudah membahas tentang batas Mereka dalam hidup Saya. Dalam hal apapun Saya, selalu mengkonsepkan sebelum berjalan.

Saya tipekal orang yang tidak akan mengubar pasangan Saya kepada siapapun. Kecuali pada orang-orang yang sudah Saya jadikan tempat untuk bercerita dari awal kisah Kami dibangun. Saya memutuskan untuk tidak memperlihatkan pasangan karena Saya sering berkaca pada kisah orang lain, yang pasangannya dipamerkan seakan yakin keinginannya sesuai rencana Allah. Tapi, akhirnya selesai dan jadi bahan cerita bahkan bercandaan orang lain. Saya tidak mau seperti itu.
"Biarkan kisah Saya berjalan untuk Saya, Tuhan dan Dia. Jadi jika harus berakhir, Kisah ini akan berakhir dengan Tenang karena Pelakunya hanya Saya, Dia dan Allah".
Itulah pemikiran Saya dalam membangun beberapa kali hubungan. Sebenarnya kalau kisah Saya dan Dia waktu itu,  ada satu orang teman kelas Saya yang tau tentang pasangan Saya itu. Entah bagaimana intinya Saya pernah menceritakan Tentang Dia kepada Ms. Spongsbob bahkan Saya memperlihatkan fotonya. Saya juga pernah berfikir kenapa Saya ceritanya kepada Ms. Spongsbob padahalkan Saya memiliki 2 orang teman perempuan dan 1 Kakak laki-laki yang super dekat dikelas. "Hay, Ms. Spongsbob apa kabar ??".

Mungkin karena sikap tertutup Saya pada orang-orang tentang pasangan. Membuat ada beberapa Saudara-saudara laki-laki Saya di kelas menganggap, saat itu tidak memiliki pasangan. Sampai pada akhirnya kedekatan Kami, Mereka salah artikan dan meminta sesuatu yang lebih kepada Saya. Dan jeleknya sifat Saya, saat itu kalau tau orang itu memiliki ekspektasi lebih terhadap diri Saya. Saya akan menghindarinya dan menganggapnya tidak ada dalam hidup Saya. Saya lebih memilih mundur perlahan dan menghindar tanpa penjelasan.
Saya selalu berdalih
"Tak bisakah antara laki-laki dan perempuan hanya menjadi sebatas Teman atau Kakak dan Adik ??"
"Tanpa harus di Bumbui dengan Kata CINTA".
Inilah kira-kira yang selalu ingin Saya tanyakan kepada Mereka yang menimbulkan rasa yang lain diantara pertemanan Kita. 
Kak, kenapa harus menumbuhkan rasa itu ??
Tidakah Kamu nyaman dengan apa yang sedang Kita lakukan bersama semua teman-teman sekarang.


__
Sekarang, Saya menyadari keegoisan dalam diri. Saya menerima dan mengharapkan perhatian dan kasih sayang dari Mereka. Tapi, Saya tidak dapat membalas kasih Mereka, malah memilih pergi dan menjauh. Akhirnya, Saya sampai pada titik dimana satu persatu dari Mereka. Saya hindari karena Mereka memunculkan rasa yang tidak bisa Saya terima.
Bukan karena bentuk, fisik atau apapun itu Saya tidak bisa menerima Mereka yang menawarkan rasa. Tapi, karena Saya memang saat itu terikat sebuah ( riskamayantiikha.blogspot.com/2021/02/karena-janji.html?m=1 ). Ingin rasanya Saya mengatakan maaf, tapi bahkan kata maaf tersebutpun dikalahkan dengan keegoisan Saya yang selalu berdalih. 
"Kenapa merubah rasa yang dari awal dibangun sebagai saudara ??"

Entah berapa lama keegoisan Saya terus berjalan. Sampai pada akhirnya Saya disadarkan dengan kehilangan Mereka satu persatu. Saya merasa setiap memasuki Kampus, ada orang asing dalam diri Saya. Melihat Mereka seperti tidak mengenali diri Saya, membuat Saya sakit. Karena terus berulang rasa sakitnya melihat Mereka yang Saya anggap Saudara laki-laki Saya, perlahan menjadi orang asing. Membuat Saya memutuskan menulis inti dari setiap masalah yang Saya hadapi saat itu.  Karena sudah menjadi kebisaan Saya menulis setiap apa yang membuat hati Saya sakit. Lalu Saya terketuk tulisan Saya sendiri. 
"Menerima, Mengharapkan lalu Kamu Meninggalkan. Rasa sakit apalagi yang belum Kamu berikan kepada Mereka yang telah menempatkan Kamu pada posisi terbaik dalam hidupnya".
Kalimat ini seakan menghantam dada Saya, sebesar itu egois Saya terhadap Mereka. Saya menerima dan mengharapkan Mereka tetap seperti biasanya padahal Mereka sendiri telah bergejolak melawan rasa yang ada pada dirinya. Mereka berjuang keras, lalu Saya hantam lagi dengan kepergian. Seperti inikah sosok Adek yang baik untuk saudaranya ??. 
"oh tidak, Besok Saya ke kampus harus ngobrol dengan Mereka".
Dan kalimat ini tidak mudah Saya lakukan, butuh waktu berminggu-minggu untuk Saya kembali menengur dan mengobrol dengan Mereka. Saya merasa malu dan takut akan ada penolakan terhadap Saya. Sebenarnya wajar jika Mereka melakukan penolakan setelah apa yang Saya lakukan terhadap Mereka. Saya harus menerima segala bentuk konsekuensi atas apa yang Saya lakukan. Menerima Saya kembali sebagai Adik atau hanya sebatas teman biasa saja sudah Saya tanamkan dalam benak Saya agar tidak kecewa dengan penerimaan Mereka terhadpa Saya.
Yang membuat Saya terkejut adalah Mereka menerima apa yang telah Saya lakukan kepada Mereka. Mereka menggap itu sebagai hal yang wajar, karena semua terjadi secara tiba-tiba. "Tidak apa-apa De', mungkin Kita kaget saja. Jadi responya seperti itu".
"Yeeh, adik Saya sudah kembali lagi".
"Marahnya selesai ??"
Itulah respon yang yang Saya terima ketika kembali kapada Mereka, jauh dari ekspektasi Saya yang terlalu dibelit kekhawatiran berlebih. 
Bahkan ada Satu orang dari Kakak Saya yang mengatakan begini "De, Kita tidak bisa memaksakan rasa yang Kita mau terhadap oranglain. Begitu juga dengan rasa yang Saya tawarkan untuk Kita, kalau Saya bisa memilih. Saya akan menawarkan Adek, rasa yang sesuai dengan yang Kita mau. Tapi, rasa itu bukan pilihan. Pilihan itu adalah sikat Kita merespon rasa itu. 

Betapa terkejutnya Saya dengan sikap dewasa Mereka. Inilah saudara yang sesungguhnya yang tidak meninggalkan ketika seseorang dari Kita mengecewakan. Yang membuat Saya makin seperti saudara kecil Mereka. Dunia kampus Saya seperti penuh warna yang luar biasa dihadirkan saudara-saudara yang luar biasa. Kami akhirnya berjalan bersama-sama lagi. Mengelilingi beberapa Kabupaten di Provinsi Kami, yang tidak jarang menimbulkan rasa yang berbeda lagi diantara Kami, tapi sekarang Saya tau bagaimana menangapi rasa yang Mereka tawarkan, jika tidak sesuai keinginan Saya.
Terima kasih untuk segalanya saudara-saudara tak sedarahKuu...


Untuk orang-orang yang tidak percaya akan hubungan persaudaraan atau pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Saya cuman mau bilang Saya Perempuan dan Saya memiliki banyak Teman atau Saudara laki-laki tak sedarah. Kami bertemu setiap hari selama bertahun-tahun bohong kalau tidak muncul rasa saling menyukai satu sama lain. Tapi, yang menurut Saya perlu kalian garis bawahi dari persaudaraan Kalian dengan teman laki-laki adalah
"Jangan menyalahkan Mereka yang menghadirkan rasa, tapi bantu Mereka merubah rasa yang tidak seharusnya".
"Jangan membenarkan rasa itu, tapi ambil sikap yang tepat untuk merespon yang tidak seharusnya".

Bukan Rasa yang muncul yang salah. Tapi, sikap Kita setelah Rasa itu muncul !!