Kamis, 03 April 2014

Prinsip-prinsip PTK

Prinsip-Prinsip Penilaian Tindakan Kelas “Prinsip adalah suatu pegangan. Dan salah satu fungsi pegangan adalah untuk pedoman”. (Suyadi, 2012:29) Dalam melakukan suatu penelitian terutama dalam penelitian tindakan kelas (PTK) seorang peneliti memerlukan sebuah informasi yang benar kejelasannya, tidak boleh bersifat dugaan atau bahkan menduga-duga tapi seorang peneliti harus terjun langsung kelapangan untuk meneliti suatu masalah yang dialami oleh sekolah atau lembaga tertentu untuk mengetahui masalah atau kendala apa yang sedang mereka hadapi kemudian kita mencarikan solusi yang tepat dari masalah yang dialaminya. Selain dari pada ini peneliti juga harus memahami dan menerapkan apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik dengan memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip atau pedoman yang harus dipenuhi. (Arikunto dkk, 2009:6) Dalam melakukan penelitian tindakan kelas terdapat sejumlah prinsip-prinsip atau pedoman yang harus dipenuhi. Adapun prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut. ( Suyadi,2012:6) 1. PTK dilakukan dalam lingkungan pembelajaran alamiah. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan secara alamiah yang berarti penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan alamiah tanpa harus mengganggu pembelajaran apalagi mengubah model atau metode pembelajaran. Artinya PTK ini dilaksanakan pada saat jam pelajaran berlangsung atau dapat dilakukan secara tersirat, dalam hal ini penelitian tindakan kelas tidak mengambil waktu khusus baik sebelum, selama atau setelah pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan bersamaan (seiring) dengan waktu mengajar guru (Suyadi, 2012:30) 2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja Penelitian tindakan kelas ini berfungsi untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan karena masih adanya kekurangan pada saat melakukan pembelajaran sehingga dimunculkan PTK untuk memperbaiki kasus/kendala yang dialami oleh siswa. misalnya, kurangnya minat siswa untuk belajar, disinilah di butuhkan peran guru untuk membantu siswa membangkitkan minat siswa belajar dengan menggunakan pendekatan/strategi. Seperti, dengan menggunakan pendekatan, model-model pembelajaran yang sesuai materi yang diajarkan. (Arikunto,dkk. 2009:6-7) 3. Mengunakan Analisis SWOT sebagai Dasar Tindakan “Menurut Arikunto (2006:7) dalam Suyadi (2012:33) penelitian tindakan kelas (PTK) harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, yaitu Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threat (ancaman)”. Dalam penelitian tindakan kelas analisis SWOT sangat dibutuhkan karena dalam penelitian guru harus memperhatikan strengh (kekuatan) dan weakness (kelemahan) guru dan siswa. setelah itu, guru memasukkan unsur opportunity (kesempatan), dan threat (ancaman). Dari keempat pernyataan diatas barulah penelitian tindakan kelas dapat berjalan dengan baik yaitu apabila guru dan siswa sejalan maksudnya guru dan siswa memiliki keselarasan dalam melaksanakannya. (Suyadi, 2012:33) 4. Upaya Empiris dan Sistemik Upaya empiris dan sistemik merupakan prinsip yang baru dapat dilaksanakan bila ketiga prinsip sebelumnya telah dilaksanakan. Analisis empiris ini telah dilaksanakan apabila kita telah melaksanakan tindakan. Dapat dilakukan secara konkrit. Sistem pendidikan pun merupakan hal yang saling terkait satu sama lain. Yang artinya tidak dapat terlaksana dengan baik apabila ada satu hal yang tidak terlaksana, seperti bila kita ingin mengajar dengan baik tentu ada hal lain yang dipertimbangkan tidak hanya persoalan guru tetapi juga termasuk persoalan media, metode dan model pembelajaran serta situasi yang mendukung keterlaksanaanya. Dalam upaya empiris ini berkaitan dengan pengalaman. (Arikunto, dkk. 2009:8) 5. Ikuti Prinsip SMART dalam perencanaan Dalam hal ini SMART merupakan singkatan dari lima huruf yang mempunyai arti yag besar dalam perencanaan PTK, yaitu: 1) Smart : spesific, khusus atau tidak terlalu umum 2) Managable : dapat dikelola 3) Acceptable : dapat diterima, Achievable : dapat dijangkau 4) Realistic : operasional, tidak dilua jangkauan 5) Time-bound : diikat oleh waktu, terencana Yang artinya guru/peneliti dalam menyusun rencana tindakan harus memperhatikan hal-hal yang ada didalam SMART. Dalam hal ini unsur yang ketiga yaitu acceptable adalah bagian yang sangat penting, karena segala rencana yang ada tidak berjalan dengan baik apabila hal tersebut tidak dapat diterima oleh subjek yang diminta melakukan sesuatu oleh pendidik/guru.(Arikunto,dkk, 2009:8) Mengenal Beberapa Prinsip Dasar PTK, Hopkins (1993) menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas. 1. Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Dosen dan guru harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan sebagainya. 2. Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah. 3. Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini mempersyaratkan bahwa dalam menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah. 4. Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar prinsip ke-otentikan. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara akademik. 5. Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental. 6. Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu pula Menurut Hopkins, ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu: 1. PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas. Pekerjaan utama seorang guru adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada tiga kunci utama yang harus diperhatikan, pertama guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menemukan jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil yang kurang maksimal. Kedua interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi. 2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh. 3. Metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel), sehingga guru dapat mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada dasarnya, penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan. 4. Peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan. Jadi masalah penelitian diusahakan berupa masalah yang merisaukan dan bertitik tolak dari tanggung jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki komitmen terhadap pengembangan profesinya. 5. Konsisten dengan prosedur dan etika. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. 6. Menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian sejauh mungkin harus menggunakan wawasan yang lebih luas dari tindakan perspektif, tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas atau pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Menurut Hopkin dalam Kardi (2000). Ada enam prinsip penilaian tindakan kelas, tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Tugas utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkannya sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar. 2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran. 3. Metodologi yang digunakan harus realibel, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara cukup meyakinkan, mengembangkan strategi yang dapat diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dapat dikemukakannya. 4. Masalah penelitian yang diambil oleh guru hendaknya masalah yang cukup merisaukannya dan bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, guuru sendiri memiliki komitmen untuk pemecahannya. 5. Dalam pelaksanaan PTK, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. 6. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan Classroom Exeeding Persepective. dalam arti permasalahan tidak dilihat secara terbatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu (skala mikro) melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan (skala makro) Hopkins dalam Aqib (2007), mengemukakan ada enam prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu: 1. Metoede PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen sebagai pengajar 2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan karena justru ia dilakukan dalam proses pembelajaran yang alami di kelas sesuai dengan jadwal 3. Metodologi yang digunakan harus reliable 4. Masalah program yang diusahakan adealah masalah yang merisaukankan, dan didasarkan pada tanggung jawab professional 5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya 6. PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan. Sehubungan dengan itu, maka Madya (2007) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK): 1. Bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil, terlokalisasi, dan relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja 2. Subyek dalam PTK termasuk murid- murid 3. Dapat dilakukan dengan bekerjasama (kolaborasi) dengan guru lain yang mengajar bidang pelajaran yang sama 4. Guru dituntut untuk adaptif dan fleksibel agar kegiatan PTK Anda selaras dengan situasi yang ada, tetapi tetap mampu menjaga agar proses mengarah pada tercapainya perbaikan 5. Guru diharapkan mampu melakukan evaluasi diri secara kontinyu sehingga perbaikan demi perbaikan, betapapun kecilnya, dapat diraih Diperlukan kerangka kerja agar semua tindakan dilaksanakan secara terencana, hasilnya direkam dan dianalisis dari waktu ke waktu untuk dijadikan landasan dalam melakukan modifikasi. Menurut Hopkins dalam Tahir (2011:82), terdapat 6 prinsip penelitian tindakan kelas. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru hendaknya tidak meninggalkan tugas utamanya, dan diharpkan mampu untuk terus memperbaiki kulaitas kinerjanya. 2. Teknik pengumpulan data dilaksanakan berkolaborasi denga jam mengajar, dengan cara sesederhana mungkin tetapi tetap dapat dibuktikan secara metodologis. 3. Metologi yang digunakan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan reliabilitasnya dan sesuai dengan kaidah keilmuan. 4. Masalah yang terungkap adalah masalah yang aktual sehingga inovasi yang dituntut dari guru dapat terus meningkat. 5. Pelaksanaan PTK mengidahkan tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, PTK harus melibatkan kolaborasi dari tenaga pendidik lain agar tujuan yang ingin dicapai dapat maksimal. 6. Permasalahan hendaknya tidak meluas sehingga guru dapat benar-benar melaksanakan PTK dengan maksimal sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan siswa. Pelaksanaannya pun haruslah dapat melibatkan pihak yang terkait. Menurut Hopkins dalam Bahri (2012,10). berdasarkan dari pengertian penelitian tindakan kelas (PTK) dapat dicari tahu bahwa apa sajakah prinsip-prinsip dari penelitian tindakan kelas (PTK) ?. Nah, dari sini dapat dijelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian tindakan kelas tidak boleh mengganggu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas apa bila pembelajaran sedang berlangsung karena penelitian ini bersifat reflektif dimana seorang calon guru dapat melakukan tindakan-tindakan yang dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran didalam kelas secara profesional. 2. Dalam proses pengumpulan data tidak diperlukan waktu yang lama sebisa mungkin waktu yang digunakan tidak berlebihan sehingga tidak megganggu proses pembelajaran. 3. Dalam memilih sebuah metode, metode yang digunakan yaitu metode yang dapat merumuskan hipotesis yang dapat meyakinkan serta strategi yang digunakan yaitu strategi yang dapat diterapkan di dalam kelas dan dapat menjawab hipotesis yang telah dikemukankan. 4. Masalah penelitian yang diangkat diusahakan masalah guru yang memang benar – benar tidak dapat diselesaikan.sehingga dari penelitian ini ada solusi yang tepat digunakan dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik yang profesional. 5. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) seorang guru harus konsisten terhadap yang ditelitinya dan memiliki etika yang baik dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan kaidah –kaidah ilmiah. 6. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) seorang guru wajib memiliki wawasan yang luas dari pada perspektif kelas sehingga dalam meneliti bukan hanya permasalahan yang ada dalam kelas saja yang ditelitinya tapi dapat melihat dari segi visi dan misi sekolah tersebut. (Bahri,2012:10) Selain itu ada pula yang Memahami prinsip-prinsip apabila sedang melakukan penelitian tindakan kelas bertujuan agar informasi atau kejelasan tidak menyalahi kaidah yang ditentukan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin, Kegiatan penelitian dalam situasi rutin, menjamin otentifikasi hasil yang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas mesti dengan jadwal dan waktu yang tetap. 2. Kesadaran untuk memperbaiki, Setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan dengan memperbaiki dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tujuan yang tercapai kemudian akan tetap bersifat sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan yang, dan seterusnya. Penelitian tindakan kelas dilakukan bukan karena ada paksanaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sifat manusiawi yang selalu belum puas terhadap segala hal. Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan tetapi tidak menyalahi kaidah yang ditentukan, perlu kiranya difahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila sedang melakukan penelitian tindakan kelas. Secara umum prinsip-prinsip PTK tersebut adalah : 1. Tidak mengganggu komitmen guru sebagai pengajar 2. Metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan 3. Metodologi yang digunakan harus reliable sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan 4. Masalah berawal dari kondisi nyata di kelas yang dihadapi guru 5. Dalam penyelenggaraan penelitian, guru harus memperhatikan etika profesionalitas guru 6. Meskipun yang dilakukan adalah di kelas, tetapi harus dilihat dalam konteks sekolah secara menyeluruh 7. Tidak mengenal populasi dan sampel 8. Tidak mengenal kelompok eksperimen dan control 9. Tidak untuk digeneralisasikan. Pakar lain menyebutkan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: 1. Situasi biasa, Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi yang biasa terjadi, karena kalau penelitian dilakukan dalam situasi yang berbeda dari biasanya, maka hasilnya mungkin berbeda jika dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya. Oleh karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus untuk diamati, jadi harus dibiarkan apa adanya namun yang berbeda adalah adanya tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 2. Kegiatan nyata/empirik, Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti dalam kaitannya dengan tugasnya sebagai guru atau kepala sekolah. Jadi tindakan yang dilakukan merupakan tindakan nyata yang dilakukan dalam tugasnya sehari-hari dan secara empirik memang terjadi di lapangan. 3. Peningkatan mutu atau pemecahan masalah, Penelitian tindakan merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan mutu sesuatu yang sudah ada dan biasa menjadi lebih baik lagi atau merupakan sebuah upaya untuk memecahkan masalah yang terjadi di kelas atau di sekolahnya. 4. Sukarela, Penelitian tindakan dilakukan bukan karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi atas dasar sukarela, karena mengharapkan hasil yang lebih baik. 5. Sistemik, Berarti penelitian harus dilakukan secara terencana, terarah, dan teratur berdasarkan sebuah mekanisme tertentu. Jadi, jika guru mengupayakan cara mengajar yang baru, maka harus juga memikirkan tentang langkah-langkahnya, bahan ajarnya, sarana pendukung dan hal-hal yang terkait dengan cara baru tersebut. Jika kepala sekolah akan melakukan upaya manajemen yang baru maka harus dipersiapkan prosedurnya, kebijakan pendukungnya serta sosialisasi implementasinya. 6. Tindakan berbeda, Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan kepada siswa memang berbeda dari apa yang sudah biasa dilakukan. karena yang biasa sudah jelas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Oleh karena itu guru melakukan tindakan yang diperkirakan dapat memberikan hasil yang lebih baik. 7. Terpusat pada proses, bukan semata-mata hasil. Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil , dengan mengubah cara, metode, pendekatan atau strategi yang berbeda dari biasanya. Cara, metode, pendekatan atau strategi tersebut berupa proses yang harus diamati secara cermat, dilihat kelancarannya, kesesuaian dengan dan penyimpangannya dari rencana, kesulitan atau hambatan yang dijumpai, dan lain-lain aspek yang berkaitan dengan proses. Sejauh mana proses ini sudah memenuhi harapan, lalu dikaitkan dengan hasil setelah satu atau dua kali tindakan berakhir. Dengan kata lain, dalam melaksanakan penelitian, peneliti tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil, tetapi mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dampak dari prosesnya. Jadi dalam penelitian tindakan harus ada indikator proses dan indikator keberhasilan. Terdapat kesalahan yang umum terjadi pada penelitian tindakan kelas adalah penonjolan tindakan yang dilakukan oleh guru, misalnya guru memberikan tes kepada siswa, guru memberikan tugas proyek kepada siswa atau yang sejenisnya. Pernyataan seperti itu kurang tepat, karena seharusnya yang ditonjolkan adalah kegiatan siswa, misalnya siswa mengamati proses tumbuhnya kecambah, siswa membandingkan dan mencatat hasilnya. Jadi guru harus melaporkan berlangsungnya proses belajar yang dialami oleh siswa, perilakunya, perhatian mereka pada proses yang terjadi, dan sebagainya.

2 komentar:

  1. I got the new the king casino no deposit bonus【Malaysia】
    【 William】pinterest 출장안마 in 2021, communitykhabar the goyangfc.com king หาเงินออนไลน์ casino no deposit febcasino bonus,【WG98.vip】⚡,taylorlancer,taylorlancer,golfking.

    BalasHapus