Kamis, 03 April 2014

Sejarah PTK

Sejarah Penelitian Tindakan Kelas

           Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Pendek kata, PTK adalah ragam penelitian yang dimaksudkan untuk mengubah bebagai keadaan, kenyataan, dan harapan mengenai pembelajaran menjadi lebih baik dan bermutu dengan cara melakukan sejumlah tindakan yang dipandang tepat.

A. Sejarah Penelitian Tindakan Kelas
               Di Dunia Munculnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari inspirasi pendekatan ilmiah yang di kemukakan oleh seorang filsuf bernama John Dewey tahun 1910 dalam sebuah buku yang berjudul How We Think dan The Source of a Science of Educatio. Awal mulanya, Action recearch dikembangkan oleh seorang psikologi bernama Kurt Lewin dengan tujuan untuk mencari penyelesaian terhadap problem sosial, seperti pengangguran atau kenakalan remaja yang berkembang di masyarakat pada waktu itu. Action Research diawali oleh suatu kajian terhadap suatu problem secara sistematis. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali dikenalkan oleh Kurt Lewin. Pada waktu itu, PTK dipakai untuk mendeskripsikan penelitian yang merupakan perpaduan antara pendekatan eksperimental dalam bidang ilmu social dengan program tindakan social untuk menanggapi masalah social. Penelitian tindakan pertama kali dikembangakan oleh Kurt Lewin seorang Jerman pada tahun 1940-an. Ia seorang ahli psikologi social dan eksperimental. Ia adalah seorang yang peduli terhadap masalah-masalah social dan memfokuskannya pada proses kelompok partisipatif untuk menangani konflik, krisis, dan perubahan-perubahan yang umumnya ada dalam suatu organisasi. Lewin pertama kali mengemukakan istilah action research (penelitian tindakan) pada makalah-makalah yang ditulisnya pada tahun 1946, yang antara lain berjudul Action Research and Minority Problems, dan Characterizing action research as “a Comparative Research un the Condition and Effect of Various Forms of social action and Research Leading to social Action”. Konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
1. Perencanaan (planning)
2. Aksi atau tindakan (acting)
3. Observasi (observing)
4. Refleksi (reflecting).
             Ahli lainnya yang kontribusinya pada bidang penelitian ini adalah Eric Trist, seorang ahli psikiatri social. Lewin dan Trist mengaplikasikan penelitian mereka pada perubahan system yang terjadi di dalam atau antar organisasi. Mereka menekankan keprofesionalannya dan berkolaborasi dengan klien dan menguatkan peran hubungan kelompok sebagai dasar untuk pemecahan masalah. Dalam perkembangannya, PTK tidak hanya digunakan untuk bidang social dan ekonomi. Pada tahun 1952-1953, Stephen Corey memakai model PTK untuk penelitian tindakan dalam dunia pendidikan. Menurutnya, dengan PTK perubahan dapat dilaksanakan dan dirasakan oleh semua praktisi pendidikan. Selama beberapa dekade penelitian tindakan dilupakan orang karena dianggap kurang ilmiah.
            Namun pada pertengahan tahun 1970-an, bidang ini berkembang dan memunculkan empat aliran utama yaitu :
1. Aliran tradisional
2. Contextural (action learning)
3. Radical
4. Penelitian tindakan yang berhubungan dengan pendidikan.
              Pada tahun 1967-1972 ada suatu proyek di Inggris yang menekankan pentingnya percobaan kurikulum dan pentingnya pengembangan kurikulum (Schools Council’s Humanities Curriculum Project atau HCP). Kepala HCP, Lawrence Steen House (1975) memperkenalkan istilah “the teacher as researcher” atau guru sebagai peneliti. Sekitar tahun 1972-1975, ada proyek yang dinamakan Ford Teaching Project, yang dipimpin oleh John Elliot dan Clem Adelman (Hopkins, 1993 : 32). Ada 40 guru Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah yang dilibatkan dalam penelitian ini untuk menelaah praktek kelasnya dengan penelitian tindakan, sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan pengejaran mereka. Dari sinilah muncul istilah penelitian tindakan kelas. Pada tahun 1976 didirikan suatu jaringan penelitian tindakan kelas yang dinamakan classroom action research, yang berpusat di Cambridge Institute. Selanjutnya pada tahun 1980-an guru-guru di proyek John Elliot memusatkan kegiatan pada “adanya kesenjangan antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan”. Sejak saat itu, banyak perhatian ditujukan pada PTK, karena semakin tingginya kesadaran guru akan manfaat PTK. Pada awal tahun 1980, di Amerika, muncul suatu keinginan untuk mewujudkan kolaborasi dalam upaya mengembangkan profesionalisme antara pendidik dan tenaga kependidikan. Gideonse (1983) mengemukakan bahwa restorasi terhadap pendekatan penelitian perlu diadakan sehingga penelitian yang dilakukan merupakan investigasi yang terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan cara refleksi dan sistematis. Upaya kaloborasi ini dikenal sebagai tindakan atau Action research. Penelitian ilmiah yang digunakan Dewey sangat ideal, namun pendekatan demikian tidak mampu menyelesaikan masalah menjadi sebuah inkuiri sosial maupun kependidikan yang merupakan sebuah upaya kolaboratif dengan mjnculnya suatu kebutuhan yang mendesak dalam ilmu pendidikan yang lebih memfokuskan pada masalah praktek bukan pada teori . Kebutuhan terhadap sebuah upaya kolaboratif dalam menyibak tabir penelitian semakin hari dirasakan semakin mendesak. Pada akhir tahun 1970 dan awal 1980 di Amerika Serikat muncul keinginan mewujudkan kolaborasi, dengan demikian mampu mengembangkann profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk itu, Gideonse (1983) mengemukakan perlu dilakukan restorasi terhadap pendekatan penelitian sehingga penelitian itu merupakan suatu investigasi terkendali terhadap berbagai fase pendidikan dan pembelajaran dengan cara reflektif dan sistematis. Dukungan kolaboratif semakin meluas ( Schon, 1983; Prunty dan Hively 1982). Upaya kolaboratif ini dikenal sebagi suatu penelitian tindakan (action research) Penelitian tindakan mengalami kemunduran selama kuran lebih dua puluh tahun ejak Hogkinson (1957) mengadvokasinya. Menurut sejarah kelahiran penelitian tindakan sesungguhnya sudah pernah digunakan stephen M. Carey (1950) untuk memperbaiki taraf kehidupan etnik Indian Amerika. Dalam ilmu sosial, Kurt levin (dalam McTaggart, 1993) memahami antara hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi dari hasil penelitian.Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan terletak pada fokus penelitian, yaitu masah-masalah sosial poitik. Kemmis (1982) bahkan menegaskan bahwa theory and acion might develop together from application of the scientific approach. Tokoh penelitian tindakan, yang juga aktor sosial (Levin, 1952) adalah Stephen M. Corey (1949,1952,1953). Ia mempelopori pemanfaatan penelitian tindakan untuk guru, yang kemudian dikenal dengan penelitian tindakan kelas. Itulah sekelumit sejarah penemuan penelitian tindakan kelas. Namun bagaimanapun yang terpenting bagi seorang pendidik khususnya, adalah penelitian tindakan kelas apabila dilakukan dengan prosedur yang benar, jelas akan melahirkan proses kegiatan belajaar-mengajar yang bermakna, bukan sekedar hasil, tapi juga proses kegiatan belajar itu sendiri. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial berkebangsaan Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebagainya. Di Indonesia sendiri PTK baru diperkenalkan pada akhir dekade 80-an (Aqib, 2006:87).

B. Sejarah Penelitian Tindakan Kelas Di Indonesia
              Di Indonesia PTK masih dapat dikatakan relatif muda, karena selama ini model penelitian di kelas berupa penelitian kuantitatif. Paradigma lama beranggapan bahwa kelas hanya merupakan lapangan tempat uji coba teori, tempat menyebarkan angket penelitian tanpa ada usaha melibatkan guru sebagai tim peneliti, padahal guru merupakan kunci keberhasilan metode pembelajaran yang hendak diujicobakan. Dengan munculnya PTK diharapkan akan menghapus paradigma seperti itu. Gurulah yang lebih tahu permasalahan yang ada dikelasnya, yang pada gilirannya guru jugalah yang berperan mencari solusinya. PTK saat ini merupakan sarana yang paling ampuh dalam mencari solusi terhadap permasalahan dalam pembelajaran yang dialami guru. Perkembangan PTK di Indonesia masih relative muda. Pada tahun 1994-1995 proyek PGSD memprogramkan penelitian kebijakan dan penelitian tindakan dengan topic ke-SD-an. Namun pada waktu itu belum ditekankan pada penelitian tindakan kelas, karena PTK masih merupakan “hal baru”. Kemudian pada tahun 1996-1997, proyek penelitian guru SD memprogramkan penelitian tindakan kelas bagi dosen-dosen PGSD di seluruh Indonesia, bekerja sama dengan guru-guru SD. Sejak saat itu, penelitian tindakan kelas mulai berkembang sebagai suatu penelitian kolaboratif di dalam kelas sebagai upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berkembang dari istilah penelitian tindakan (action research) (Sanjaya, hal. 24). Oleh karena itu, untuk memahami pengertian PTK perlu ditelusuri pengertian penelitian tindakan terlebih dahulu. Penelitian tindakan mulai berkembang di Amerika dan berbagai negara di Eropa, khususnya dikembangkan oleh mereka yang bergerak di bidang ilmu sosial dan humaniora (Basrowi & Suwandi). Orang-orang yang bergerak di bidang itu dituntut untuk terjun mempraktikkan suatu tindakan atau perlakuan di lapangan. Mereka berarti langsung mempraktikkan tindakan yang telah direncanakan dan mengukur kelayakan tindakan yang diberikan tersebut. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka (Sanjaya,). Dalam hal ini, penelitian tindakan memiliki kawasan yang lebih luas daripada PTK. Penelitian tindakan diterapkan di berbagai bidang ilmu di luar pendidikan, misalnya dalam kegiatan praktik bidang kedokteran, manajemen, dan industri (Basrowi & Suwandi). Bila penelitian tindakan yang berkaitan pada bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka penelitian tindakan tindakan ini disebut PTK. Sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu PTK dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas.
              Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan yaitu:
1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Kelas adalah sebuah ruangan tempat guru mengajar dan untuk siswa yang sedang belajar. Tetapi pengertian tersebut salah, sehingga perlu ada penjelasan lebih terperinci tentang pengertian kelas. Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar.
                Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Peristiwanya dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, ditempat kunjungan, atau ditempat lain dimana siswa berkerumun belajar tentang hal yang sama. Ciri bahwa anak sedang dalam keadaan belajar adalah otaknya aktif berpikir, mencerna bahan yang sedang dipelajari. Dengan batasan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunto dkk., 2006: 2-3). C. Penelitian Tindakaan Kelas Saat Ini Pada beberapa tahun terakhir ini, PTK mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya kesadaran para guru dan para peneliti di bidang pendidikan akan manfaat PTK bagi perbaikan proses pembelajaran di kelas. Sebenarnya PTK sudah dilaksanakan oleh guru sejak ada proses pembelajaran secara klasikal, meskipun tidak disadari oleh guru. Pada saat itu sudah dilakukan upaya perbaikan proses pembelajaran di kelas, namun pada saat itu belum dinamakan PTK. Sejak ada proses pembelajaran, praktis PTK sudah ada, hanya saja belum ada laporan secara tertulis tentang upaya perbaikan pembelajaran di dalam kelas. Akhir-akhir ini, penelitian tindakan yang berhubungan dengan pendidikan dan bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan cara guru mengajar di kelas dikenal dengan penelitian tindakan kelas, berkembang dengan pesat, terutama di negara maju seperti Amerika serikat, Inggris, dan Australia. Di Indonesia, penelitian tindakan kelas mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an. Mengapa PTK perlu dilakukan oleh guru ? Menurut Hopkins (1993). Dari segi profesionalisme penelitian kelas yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang profesionalkarna studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda dari pekerjaan guru yang professional. Dari sisi ini ada dua argumentasi yang dapat dikemukakan oleh Hopkins (1993).
1. Guru yang baik perlu mempunyai otonomi dalam melakukan penelitian Professional sehingga sesungguhnya ia tidak perlu diberi tahu apa yang harus Dikerjakan.
2. Ketidaktepatan paradigma penelitian tradisional dalam membantu guru Memperbaiki kinerjanya dalam mengajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar