Minggu, 08 Agustus 2021

September

2 minggu Saya menjadi oranglain..
Terus mengupdate InstaStory secara beruntun yang itu bukan Saya sama sekali,, itu Saya lakukan untuk melihat apakah Kamu masih datang dan melihat Saya..
Dan jawabannya sudah Pasti "Jelas"
Akhirnya Saya memilih Pamitt,, untuk menjadi diri Saya kembali. Dan tidak memasang InstaStory lagi. 

Dan ini balasan Kamu:
Saya sudah tdk jadi Prioritas lagi
Apk Line juga sudah tdk begitu direspon
Bisa Saya melihat kabar dari Instastory
Untuk Kita belajar tidak saling mengabari
Setidaknya Saya tau Kita dimana dan ngapain hari ini

OK
Saya balas singkat, karena Anda juga pasti tau Saya juga belum sanggup untuk tidak saling mengabari. 

Tapi, tenang Kitakan sama-sama Orang Kuatt..
Semangattttt,
Untuk Kita Berdua.

Mulai hari ini 8agustus21,,.
Saya akan membagi kisah melalui InstaStory untuk Anda,. Sebenarnya ingin InstaStory Saya Closefriend untuk Kamu. Tapi, jika Saya Closefriend Kamu tdk akan bisa melihat. Krna pertanggal Kita belajar saling melukai. Akun Kamu telah Saya unfollow.
Orang-orang akan mempertanyakan kenapa dengan Saya. Akan mengirah Saya dalam kondisi terpuruk. Jika melihat InstaStory Saya. Dengan berbagai kalimat alay, lebbay dan lain sebagainya.
Bagi Saya tidak masalah. Untuk masalah Kita sekarang kayaknya memang Saya harus banyak berbagi cerita dan mencari teman ngobrol. Karena jika tidak, entah bagaimana Saya sekarang.

Kamu jangan khawatir, Kamu bisa kapan saja ngobrol dengan Saya. 
Kamu tau Sayakan, Saya bukan tipe orang yang meninggalkan orang bahkan jika orang itu telah melukai Saya sekalipun. Saat ini Saya hanya belajar untuk melukai hati Saya sendiri. Agar Kamu cepat atau lambat tidak lagi menjadi penting dalam hidup Saya. 
Kamu jangan khawatir, Kamu tau Sayakan. Saya orang yang cepat moveon dan melupakan.
Kamu jangan khawatir, Kamu tau Sayakan. Saya adalah anak pertama yang super keras dan kuat.

Mari belajar untuk tidak saling mengkhawatirkan,.
Mari belajar untuk tidak saling mengabari,.
Mari belajar untuk tidak lagi saling bercerita,.
Mari belajar untuk tidak lagi saling membutuhkan
Mari saling Melukai, agar lambat-laun Kita jadi saling melupakan.

Setelah Hati Saya tertata. Tenang Saya akan menjadi tempat Kamu bercerita. Tetap menjadi teman ngobrol yang Asik.
Tapi, untuk sekarang memang Saya sengaja menghindari Kamu. Demi menghilangkan Rasa Itu secepatnya. Saya harap Kamu tidak merasa Saya terlalu egois. Seperti pertama kali Saya menyampaikan keputusan ini. Seperti yang telah Saya panjang lebar jelaskan melalui telfon. Lalu Saya perkuat dan beri tanda dipostingan Istagram 1agustus21. Yang akhirnya setelah berminggu Kamu bisa pahami.

Tidak bisakah Kita sambil mengobrol sambil melupakan ??
Maaf, tidak bisa. Ada terlalu banyak hal baik yang Saya rasa tidak akan pernah bisa Saya lupakan jika. Masih mengobrol dan menumpuhkan semua sama Kamu.

Kenapa harus begini ??
Jangan pertanyakan hal ini ke Saya, hal ini harusnya menjadi tanggungjawab dan ketegasan Kamu sebagai Laki-laki.

Apa sudah tidak ada waktu lagi ??
Waktu akan terus ada, tapi kesempatan tidak akan selalu ada. Saya juga masih memberi Kamu kesempatan sampai September. Silahakan berfikir dan mengambil keputusan dalam retan waktu itu.

Saya ingatkan, Saya orang yang gampang moveon. Jangan sampai Saya sudah jauh, terus Anda menarik Saya mundur. Tidak akan bisa !!
Sebulan waktu yang cukup panjang untuk berfikir dan mempertimbangkan.

Kalaupun pada akhirnya keputusan terburuk yang Kamu pilih.
Saya cuman mau bilang, semua akan baik-baik saja jika waktunya sudah tiba.
Tananglah, bukankah ini yang selalu Kamu sampaikan ??
Sekarang Saya kembalikan !!
Tenanglah, semua akan akan baik-baik saja. Hidup Kamu masih akan terus berjalan walau bukan dengan Saya lagi.
Tenanglah !!
Masih percaya jugakan dengan Jodoh, itu ditangan Tuhan. Kalaupun Kita tidak ada hubungan lagi atau rasa Kita sudah tidak lagi sama. Kalau Allah berkehendak Kita juga bakal dipertemuakan Kembali.

Kitakan suka bercanda,,
Jadi Pasangan atau Jadi Tamu Undangan ??


Keputusan ini Saya ambil bukan dalam hitungan jam. Jadi segala resiko telah Saya pertimbangakan. Kamu tau Anak Virgo adalah pemilik perhitungan dan pertimbangan yang matang.
Saat ini Saya, lagi ingin sendiri. Sembari belajar untuk segala kemungkinan yang terjadi di September nanti. Saya tidak mau nanti jika keputusan Kamu tidak sesuai keinginan. Saya baru merasakan segala rasa yang terburuk. Mending Saya merasakannya sekarang satu persatu. Agar sakitnya nanti tidak terlalu terasa !!

Berharap dipertemukan sesegera mungkin dengan orang yang Baru. Bukan pasangan tapi teman ngobrol.
Karena itu yang Saya butuhkan saat ini.

Minggu, 04 Juli 2021

Bukan hanya persoalan SIAP. Tapi, ini persoalan Kepantasan

Ini...
Bukan persoalan 
Siapa yang datang ??
Bukan persoalan 
Apa lagi yang Kita tunggu ??
Bukan persoalan 
Siap atau tidak Siap !!!


Tapi, ini tentang
Persoalan
Sanggup tidaknya Kita menerima semua..
Persoalan
Sudah siapkah Kita menghadapi kondisi baru..
Persoalan
Mampukah Kamu menerima Saya sepenuhnya.. Ehh,, bukan hanya Kamu.. Tapi, seluruh orang-orang sekitar Kita..
Karena sering sekali masalah datang bukan dari Kita,, tapi dari orang-orang sekitar...

Menerima
Emosikuuu
Amarahkuuu
Ketidak tahuankuu tentang segala urusan
Ketidak mampuankuu melakukan pekerjaan berat
Ketidak mampuankuu untuk diatur tentang sesuatu
Ketidak mampuankuu akan segala hal..

Kalau ada Kata "Nanti Kita belajar Bersama"
Bukan kata itu yang mau diterima orang-orang sekitar Kita.
Akan muncul
Ternyata Dia malas yah..
Ternyata Dia pemarah yah..
Ternyata Dia begini dan begitu..

Aduh, ternyata pekerjaannya tidak ada..
Aduh, bagaimana hidup kalau begitu..
Aduh, beraninya berkomitmen baru tidak ada penghasilan tetapnya..
Aduh ini dan ituu..

Untuk kondisi itu semua mungkin Kita bisa menerimanya...
Tapi, belum tentu dengan orangtua Kita. Didepan Kita, mereka akan berpura-pura Kuat menerima..
Tapi, dibelakang Kita belum tentu. Dan Saya tidak mau itu.
Saya berharap Orangtua Saya melepaskan pada laki-laki yang memang benar-benar sudah Mereka yakin.

Kerena...
OrangtuaKuu,,
Memberikan segala hal untukKuu,, Saya juga berharap itu dari Kamu
OrangtuaKuu,,
Berjuang sekuat tenang bekerja dan berusaha untukKuu,, Saya juga berharap itu dari Kamu
OrangtuaKuu,,
Menawarkan segala hal dalam hidupnya untukKuu,, Saya berharap itu juga dari Kamu


Ketika seseorang ingin datang kepada Saya..
Yang pertama dipertanyakan oleh Orangtua dan orang-orang sekitar adalah apa pekerjaannya,, Bukan karena orangtua Kami atau orang sekitar Kami Materialisti. Tapi, memang seperti itu konsepnya..
Apa yang engkau janjikan sehingga mampu mengambil apa yang telah Kami perjuangkan selama hidup Kami ???
Apa yang engkau janjikan sehingga mau mengambil apa yang telah Kami rawat dan besarkan selama ini ???
Jangan tawarkan apa yang ORANGTUA KAMU PUNYA. Tapi, janjikan orangtua Kami dengan usaha dan kerja keras Kamu sendiri.


Bukan berarti Saya, sempurna untukmuu sehingga meminta begitu banyak hal dari Kamu. Bukan
Saya hanya tidak mau meninggalkan orangtua Saya dengan bayang-bayang kehidupan yang kurang baik..
Saya berharap mereka mengantarkan Saya dengan penuh keyakinan kepada Kamu. Bahwa kehidupan Saya nanti dengan Kamu akan lebih baik dari pada bersama mereka.

Saya memantaskan Diri,, Saya harap Kamu juga memantaskan Diri terlebih dahulu.

Bukan berarti Saya meminta Kamu memantaskan Diri. Berarti Kamu tidak pantas untuk Saya.

Bukan...
Kalau memang dari awal Saya mengenal Kamu dan menganggap Kamu tidak pantas. Saya sudah secara otomatis meninggalkan. Dan tidak memperlihatkan Kamu dalam lingkup keluarga Saya.
Tapi, ini tentang Saya juga. 
Sudah pantaskah Saya berada dalam lingkungan hidup dan keluargamu.
Ada banyak hal yang secara kasat mata Saya lihat belum dapat Saya penuhi. Jika berada dalam lingkup keluarga Kamu. Saya BELUM mampu untuk itu.
Ada sikap dan prilaku dalam diriku, yang BELUM mampu Saya atasi.
Ada beberapa hal yang harus Saya pelajari terlebih dahulu sebelum bersama Kamu.

Saya berharap orangtua Kamu menerima dan membukakan Saya pintu, bukan hanya ketika Saya pertama Kali datang tapi ketika setiap kali Saya datang.

Harapan demi harapan yang Saya titipkan, harus Saya balas dengan sebuah ganjaran KEPANTASAN !!!

Sudah PANTASKAH Kamu dititipkan seseorang dalam hidupmu ???
Sekali lagi ini bukan persoalan waktu..

PANTASKAH Saya menguatkan langkah goyahnya ???
Sekali lagi ini bukan hanya persoalan sanggup..




Pasti akan ada banyak suara-suara sumbang setelah ini. Lagi-lagi untuk menguji kepantasanKuu. 
Pasti akan ada banyak suara-suara sumbang setelah ini. Lagi-lagi untuk menguji kedewasaanKuu.
Saya hidup dan mati bukan dari suara sumbang Mereka, yang tau hidup dan kehidupanKuu adalah Saya sendiri. 
Kalau hanya karena suara-suara sumbang sehingga Saya tidak mampu mengambil keputusan sendiri, berarti KepantasanKuu masih juga dipertanyakan.

Mama selalu bilang,,
"Kalau memang Dia untuk Kita, Pasti akan kembali ke Kita"

Rabu, 03 Maret 2021

Hanya sebatas Teman

Assalamualaikum.
Ini Saya Vasilysa, dan ini kisahKuu

Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu Universitas Swasta di kota ini. Saya tipe cewek yang tidak tau memulai sebuah obrolan apalagi dengan orang baru. Dan hari ini Saya harus belajar akan hal itu karena Saya memasuki dunia baru. Yang tidak ada satu orangpun yang saling kenal. "yah, Saya sekarang menjadi seorang mahasiswi. Saya harus mencari teman".

Itulah kira-kira ucapan Saya sebelum memasuki gerbang kampus. Saya terus berjalan sambil menengok satu persatu pintu ruangan di gedung itu. Karena Saya belum mengetahui dimana ruangan belajar Saya hari itu. Sambil berjalan Saya juga melihat orang-orang berdiri sendirian dan hanya mengobrol dengan handphone genggam masing-masing. "hahahah, mereka semua ternyata sama dengan Saya. Tidak punya teman ngobrol".

Saya lalu tiba disebuah pintu yang ternyata adalah kelas Saya untuk hari itu. Didalam sudah ada beberapa orang yang juga hanya duduk sambil memainkan jari-jemari Mereka. Saya lalu memilih salah satu bangku untuk duduk juga dan mengeluarkan handphone dari tas Saya. Hal seperti ini terus terulang setiap harinya, Saya belum memiliki teman untuk ngobrol. Sebenarnya bukan tidak sama sekali ngobrol, ada beberapa orang yang mengajak Saya berkenalan. Tapi, itu hanya sebatas Kami saling mengenal nama satu sama lain. Entah itu berjalan berapa lama, lalu Saya sampai pada satu titik dimana Saya telah memiliki teman yang cukup dekat dan Kami sering bersama. Akhirnya Kami membuat kelompok tersendiri sebanyak 4 orang, Saya dan 2 orang teman perempuan ditambah 1 orang Kakak laki-laki. Entah bagaimana Kami berempat terus bisa bersama. Tapi, orang-orang sudah menganggap Kami membuat kelompok. Padahal sebenarnya tidak karena Kami juga masih berteman dan bahkan sering jalan bersama dengan teman perempuan Kami yang lain. Cuman mungkin ketika Kami berempat bertemu ada hal yang kelihatanya terlalu asik kalau hanya Kami berempat yang mengobrolkannya, sehingga mungkin teman yang lain memilih menepih kalau Kita berempat bertemu.

Sampai pada titik akhirnya Kami berempat, memiliki julukan jika memanggil satu dan yang lainnya Becce, Jhangkeng, Indo dan K' Bhaco. Saya juga lupa intinya bagaimana tiba-tiba Kita sudah saling memanggil julukan Kami masing-masing. Julukan itu juga tidak Kami kunci untuk Kami berempat saja, karena teman yang lain juga bisa memanggil Kami dengan julukan itu. Hal itu Saya lakukan karena merasa kalau sampai Kami menetapkan itu dilingkungan pertemanan Kami berempat saja, itu akan mempersempit lingkup pertemanan Kami. Saya sendiri memutuskan untuk tetap mengobrol dan mengajak teman-teman yang lain ikut dengan Kami. Sampai pada akhirnya dalam Kami tidak ada sekat untuk mengobrol satu sama lain. 

Singkat cerita, Saya jadi memiliki Kakak laki-laki yang super banyak selain yang tadi dikelompok Kami berempat. Sekarang Saya, bisa saja salah sebut nama Mereka ketika hendak memanggil karena saking banyaknya Kakak Saya dalam kelas. Ada yang Saya panggil dengan sebutan Kakak ada juga dengan sebutan Kanda. Pasti ada yang bertanya, "Kenapa memanggil teman sekelas dengan Kakak atau Kanda ?? Yah, karena memang umur Mereka lebih tua dari Saya".

Dengan memanggil Mereka seperti itu juga Saya jauh merasa lebih menghargai Mereka dan jadi ada sekat antara Saya untuk memposisikan Mereka dalam hidup Saya. Selain itu Saya juga sudah dari dulu mengharapkan saudara laki-laki. Karena Saya tidak memiliki saudara kandung laki-laki. Kalau Saya menceritakan kisah Mereka satu-satu  dalam hidup Saya, mungkin tidak sulit karena Mereka memilki porsi dan posisinya masing-masing dalam hidup Saya. Tapi, akan membuat Saya capek "Taukan, AdikMuu ini malas dan cepat capek orangnya. 😂😂😂".

Tapi, kalau Kakak mau tau Kisah kalian dalam hidup Saya dan mau Saya tuliskan ceritanya langsung Whatapp saja yah. Nanti Saya tuliskan dan kirimkan secara pribadi. 

Beberapa bulan berjalan, Kami semua sudah saling mengetahui sifat dan karakter masing-masing. Dan mulai juga terdengar ditelinga Saya, bahwa sudah ada beberapa diantara Kami yang saling mengisi hati. Entah bagaimana kisah Mereka bisa saling jatuh cinta dan akhirnya memilih untuk bersama. Saya yang saat itu menjalani hubungan jarak jauh sering merasa "wah, enak yah Mereka ketemu setiap hari. Bahkan dalam keadaan belajarpun Mereka bisa saling tatap-tatapan satu sama lain". 
Pemikiran Saya itu pada akhirnya menimbulkan konflik antara Saya dan pasangan saat itu. Saya dan pasangan saat itu memutuskan untuk bagaimana kalau Kita mencari zona nyaman dulu. Kami memutuskan untuk tidak berkomunikasi beberapa saat, dan nyatanya memang Saya tidak bisa lepas dari Dia. Mungkin orang mengaggapnya lebay, tapi itu Saya rasakan. Saya nyaman dengan kehidupan seperti ini, karena Saya orangnya mudah bosan dengan pasangan jika terus-terus bertemu. Bahkan Saya pernah berfikir begini "ngobrolon apasih Mereka setiap hari ketemu ?? Apa tidak bosan yah. Masuk kampus dia lagi, dia lagi. Pulang dikosan telfonan lagi padahal seharian ketemu". Maaf yang kesinggung 😁😁
Eh,  kenapa malah bahs pasangan !!!! 


Saya memiliki Kakak dan Kanda yang super perhatian terhadap Saya di kampus. Jadi mungkin itu juga yang membuat Saya nyaman menjalini hubungan jarak jauh. Karena ditempat Saya berada sekarang, Saya tidak kekurangan kasih sayang dan perhatian. Karena ada Mereka yang terus menawarkan itu kepada Saya. Walaupun mungkin memang akan bedah jika dengan pasangan. Tapi, harus tetap Saya nikmati karena ini proses. Saya justru bersyukur dikampus Saya bisa merasakan hal yang lebih dan masih dalam batas wajar karena Saya tau Saya punya pasangan. Saya harus memberi batas bagaimana Saya bersikap pada teman-teman laki-laki Saya. 

Jujur Saya menyukai orang-orang yang perhatian dan Saya menemukan itu pada Saudara-saudara laki-laki Saya di Kampus. Terkadang karena kenyamanan perhatian Mereka terhadap Saya. Saya sampai lupa kalau memiliki pasangan yang saat itu harus Saya jaga kepercayaannya. Tapi, jangan khawatir Saya tidak akan sampai kebablasan karena sebelum Saya menjadikan Mereka saudara. Saya sudah membahas tentang batas Mereka dalam hidup Saya. Dalam hal apapun Saya, selalu mengkonsepkan sebelum berjalan.

Saya tipekal orang yang tidak akan mengubar pasangan Saya kepada siapapun. Kecuali pada orang-orang yang sudah Saya jadikan tempat untuk bercerita dari awal kisah Kami dibangun. Saya memutuskan untuk tidak memperlihatkan pasangan karena Saya sering berkaca pada kisah orang lain, yang pasangannya dipamerkan seakan yakin keinginannya sesuai rencana Allah. Tapi, akhirnya selesai dan jadi bahan cerita bahkan bercandaan orang lain. Saya tidak mau seperti itu.
"Biarkan kisah Saya berjalan untuk Saya, Tuhan dan Dia. Jadi jika harus berakhir, Kisah ini akan berakhir dengan Tenang karena Pelakunya hanya Saya, Dia dan Allah".
Itulah pemikiran Saya dalam membangun beberapa kali hubungan. Sebenarnya kalau kisah Saya dan Dia waktu itu,  ada satu orang teman kelas Saya yang tau tentang pasangan Saya itu. Entah bagaimana intinya Saya pernah menceritakan Tentang Dia kepada Ms. Spongsbob bahkan Saya memperlihatkan fotonya. Saya juga pernah berfikir kenapa Saya ceritanya kepada Ms. Spongsbob padahalkan Saya memiliki 2 orang teman perempuan dan 1 Kakak laki-laki yang super dekat dikelas. "Hay, Ms. Spongsbob apa kabar ??".

Mungkin karena sikap tertutup Saya pada orang-orang tentang pasangan. Membuat ada beberapa Saudara-saudara laki-laki Saya di kelas menganggap, saat itu tidak memiliki pasangan. Sampai pada akhirnya kedekatan Kami, Mereka salah artikan dan meminta sesuatu yang lebih kepada Saya. Dan jeleknya sifat Saya, saat itu kalau tau orang itu memiliki ekspektasi lebih terhadap diri Saya. Saya akan menghindarinya dan menganggapnya tidak ada dalam hidup Saya. Saya lebih memilih mundur perlahan dan menghindar tanpa penjelasan.
Saya selalu berdalih
"Tak bisakah antara laki-laki dan perempuan hanya menjadi sebatas Teman atau Kakak dan Adik ??"
"Tanpa harus di Bumbui dengan Kata CINTA".
Inilah kira-kira yang selalu ingin Saya tanyakan kepada Mereka yang menimbulkan rasa yang lain diantara pertemanan Kita. 
Kak, kenapa harus menumbuhkan rasa itu ??
Tidakah Kamu nyaman dengan apa yang sedang Kita lakukan bersama semua teman-teman sekarang.


__
Sekarang, Saya menyadari keegoisan dalam diri. Saya menerima dan mengharapkan perhatian dan kasih sayang dari Mereka. Tapi, Saya tidak dapat membalas kasih Mereka, malah memilih pergi dan menjauh. Akhirnya, Saya sampai pada titik dimana satu persatu dari Mereka. Saya hindari karena Mereka memunculkan rasa yang tidak bisa Saya terima.
Bukan karena bentuk, fisik atau apapun itu Saya tidak bisa menerima Mereka yang menawarkan rasa. Tapi, karena Saya memang saat itu terikat sebuah ( riskamayantiikha.blogspot.com/2021/02/karena-janji.html?m=1 ). Ingin rasanya Saya mengatakan maaf, tapi bahkan kata maaf tersebutpun dikalahkan dengan keegoisan Saya yang selalu berdalih. 
"Kenapa merubah rasa yang dari awal dibangun sebagai saudara ??"

Entah berapa lama keegoisan Saya terus berjalan. Sampai pada akhirnya Saya disadarkan dengan kehilangan Mereka satu persatu. Saya merasa setiap memasuki Kampus, ada orang asing dalam diri Saya. Melihat Mereka seperti tidak mengenali diri Saya, membuat Saya sakit. Karena terus berulang rasa sakitnya melihat Mereka yang Saya anggap Saudara laki-laki Saya, perlahan menjadi orang asing. Membuat Saya memutuskan menulis inti dari setiap masalah yang Saya hadapi saat itu.  Karena sudah menjadi kebisaan Saya menulis setiap apa yang membuat hati Saya sakit. Lalu Saya terketuk tulisan Saya sendiri. 
"Menerima, Mengharapkan lalu Kamu Meninggalkan. Rasa sakit apalagi yang belum Kamu berikan kepada Mereka yang telah menempatkan Kamu pada posisi terbaik dalam hidupnya".
Kalimat ini seakan menghantam dada Saya, sebesar itu egois Saya terhadap Mereka. Saya menerima dan mengharapkan Mereka tetap seperti biasanya padahal Mereka sendiri telah bergejolak melawan rasa yang ada pada dirinya. Mereka berjuang keras, lalu Saya hantam lagi dengan kepergian. Seperti inikah sosok Adek yang baik untuk saudaranya ??. 
"oh tidak, Besok Saya ke kampus harus ngobrol dengan Mereka".
Dan kalimat ini tidak mudah Saya lakukan, butuh waktu berminggu-minggu untuk Saya kembali menengur dan mengobrol dengan Mereka. Saya merasa malu dan takut akan ada penolakan terhadap Saya. Sebenarnya wajar jika Mereka melakukan penolakan setelah apa yang Saya lakukan terhadap Mereka. Saya harus menerima segala bentuk konsekuensi atas apa yang Saya lakukan. Menerima Saya kembali sebagai Adik atau hanya sebatas teman biasa saja sudah Saya tanamkan dalam benak Saya agar tidak kecewa dengan penerimaan Mereka terhadpa Saya.
Yang membuat Saya terkejut adalah Mereka menerima apa yang telah Saya lakukan kepada Mereka. Mereka menggap itu sebagai hal yang wajar, karena semua terjadi secara tiba-tiba. "Tidak apa-apa De', mungkin Kita kaget saja. Jadi responya seperti itu".
"Yeeh, adik Saya sudah kembali lagi".
"Marahnya selesai ??"
Itulah respon yang yang Saya terima ketika kembali kapada Mereka, jauh dari ekspektasi Saya yang terlalu dibelit kekhawatiran berlebih. 
Bahkan ada Satu orang dari Kakak Saya yang mengatakan begini "De, Kita tidak bisa memaksakan rasa yang Kita mau terhadap oranglain. Begitu juga dengan rasa yang Saya tawarkan untuk Kita, kalau Saya bisa memilih. Saya akan menawarkan Adek, rasa yang sesuai dengan yang Kita mau. Tapi, rasa itu bukan pilihan. Pilihan itu adalah sikat Kita merespon rasa itu. 

Betapa terkejutnya Saya dengan sikap dewasa Mereka. Inilah saudara yang sesungguhnya yang tidak meninggalkan ketika seseorang dari Kita mengecewakan. Yang membuat Saya makin seperti saudara kecil Mereka. Dunia kampus Saya seperti penuh warna yang luar biasa dihadirkan saudara-saudara yang luar biasa. Kami akhirnya berjalan bersama-sama lagi. Mengelilingi beberapa Kabupaten di Provinsi Kami, yang tidak jarang menimbulkan rasa yang berbeda lagi diantara Kami, tapi sekarang Saya tau bagaimana menangapi rasa yang Mereka tawarkan, jika tidak sesuai keinginan Saya.
Terima kasih untuk segalanya saudara-saudara tak sedarahKuu...


Untuk orang-orang yang tidak percaya akan hubungan persaudaraan atau pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Saya cuman mau bilang Saya Perempuan dan Saya memiliki banyak Teman atau Saudara laki-laki tak sedarah. Kami bertemu setiap hari selama bertahun-tahun bohong kalau tidak muncul rasa saling menyukai satu sama lain. Tapi, yang menurut Saya perlu kalian garis bawahi dari persaudaraan Kalian dengan teman laki-laki adalah
"Jangan menyalahkan Mereka yang menghadirkan rasa, tapi bantu Mereka merubah rasa yang tidak seharusnya".
"Jangan membenarkan rasa itu, tapi ambil sikap yang tepat untuk merespon yang tidak seharusnya".

Bukan Rasa yang muncul yang salah. Tapi, sikap Kita setelah Rasa itu muncul !!

Kamis, 25 Februari 2021

Kembali

20:20pm, 17 Mei 2017

Kembali ??
Takkan Pergi Lagi kah ??

Sore ini begitu melelahkan. Siang tadi harus menghadir pengajian secara tiba-tiba tanpa persiapan dengan pakaian Olahraga. Karena kebetulan hari ini hari olahraga untuk Kami semua di sekolah. 
"Enggak salah K' ??"
"Tidak, Saya sudah terlanjur janji Dek' mau bawa Jamaah dari BF. Tapi, Saya lupa menyampaikan kemarin untuk bawa pakaian ganti".
Dengan pakaian olahraga Kami semua lalu masuk ke dalam mobil sembil menertawakan penampilan Kami. Sesampainya disana Kami semua bergegas turun dari mobil karena mengira sudah terlambat. "waw, keren sekali rumah ini. Semua ruangan mengara ke taman super luas yang ada dalam area rumah. Keren sekali pilihan interiornya juga". Saya selalu mengagumi rumah dari bentuk dan interiornya yang unik. Mungkin itu juga karena sejak dulu Saya sudah mengagumi hal-hal yang berbau desain rumah. Bahkan pernah Saya ingin mengambil jurusan SMK Pembagunan, tapi ditentang oleh Bapak karena dalam jurusan itu terkadang tidak ada perempuan. Kalaupun ada, hanya ada satu atau dua orang perempuan. Kalau mau jelasin panjang lagi, dan Saya tidak mau bercerita itu hari ini.

Setiap kali melakukan pengajian pasti selalu ada orang hebat dan luar biasa sebagi pemberi materi. "siapa yah, pemateri hari ini ?? Semenjak bergabung dengan BF, Saya selalu bertemu orang-orang hebat yang sangat terkenal". Begitu tanya Saya dalam hati. Dan benar adanya hari Kami bertemu dan mendapat ilmu dari penulis buku terkenal dan best seller Melawan Takdir yaitu Prof. Hamdan Juhannis, Ph.D. Saya sudah berapa kali mendengar tentang beliau, Saya juga sudah membaca sinopsis bukunya. Kenapa hanya sinopsi ?? Karena Saya bukan orang yang suka membaca memang. Dan juga Saya tidak punya bukunya, beberapa kali ketemu buku Beliau di beberapa toko buku. Sudah niat mau beli, diurungkan lagi karena mungkin harganya juga yang agak mahal menurutku. "nanti dibeli mahal-mahal terus nggak dibaca, karena bukunya tebal. Sayang ah uangnya". 😂😅
Saya hanya sanggup membaca buku yang halaman sedikit. Kalau buku itu terlalu tebal hanya akan menjadi hiasan di rak buku dalam kamar. Dibalik kegalaun Saya mendengar kisahnya tapi tidak memilik bukunya, hari ini dikasih hadiah luar biasa. Langsung bisa mendengar kisah dalam buku langsung dari penulis dan diceritakan langsung oleh orangnya juga. Sebelum Prof memulai materinya tiba-tiba "nanti kalau buku ini sampai difilmkan Saya harus nonton deh, sebagai bentuk dukungan untuk beliau karena tidak membeli bukunya". Itulah kira-kira yang ada dalam benak Saya, karena sebagai orang yang suka menulis. Pasti Kita kecewa kalau ada yang mengagumi kisah Kita, tapi tidak pernah mandukung Kita paling tidak dengan membaca atau membeli apa yang sudah Kita tawarkan dalam cerita. 
"aduh, sayang sekali nih Kita duduknya paling belakang". Kami memang kali ini memilih untuk duduk dibagian belakang, bukan pada posisi biasa yang sudah disiapkan panitia untuk Kami pengurus yayasan. Karena sadar dengan pakain yang Kami pakai hari ini. Sementara semua orang sudah memakai gamis lengkap dengan kerudung syarinya. Saya tidak perlu menulis apa yang Beliau ceritakan karena semua tertulis dalam bukunya. Kami hari ini hanya diberi keistimewaan karena bisa mendengarnya secara langsung apalagi untuk Saya yang memang lebih suka mendengar daripada membaca. Dan yang paling membuat Saya kaget adalah Prof mengatakan pada akhir ceritanya bahwa buku "Melawan Takdir" akan difilmkan, dan sudah sementar berjalan proses penggarapannya. Kalian bisa bayangkan bahagianya Saya, karena mendengar kisahnya saja dalam bentuk cerita dan belum disampaikan secara penuh sudah membuat Saya terkagum-kagum dengan perjuangan Beliau apalagi nanti menontonnya. 


Sepulang dari kediaman pemilik pabrik seng yang bercap kuda. Tenyata tempat pengajian Kami tadi adalah salah satu donatur Kami, dan merupakan pemilik pabrik seng yang mungkin Kita gunakan dirumah. Dalam perjalanan pulang Saya tak dapat berkomunikasi dengan siapapun. Bukan karena apa yah, 😂😂😂 handphone Saya lobet.

Seruan sholat magrib terdengar dari mesjid sekitar rumah. Sebelum berwuduh Saya sempatkan mengaktifkan Handphone Saya, seperti biasa begitu diaktifkan. Handphone Saya akan berbunyi sepenuhnya, karena notif yang dari beberapa pesan masuk. Saya acuhkan dering notifikasi dari beberapa akun Media SosialKu. Saya kembali memantapkan langkah Saya untuk berwuduh. Saya lalu mulai untuk membaca beberapa ayat sambil menunggu adsan magrib berkumandang.

Setelah itu, Saya laksanakan kewajiban sholat magrib. Lalu Saya cek beberapa notifikasi yg masuk, yang mengherankan ada nomer baru mengirimi Saya pesan melalui whatsapp. Seperti biasa sebelum Saya membalas pesan, Saya selalu cek foto profil pemilik akun. Tak ada gambaran sedikitpun itu siap, krna itu Q acuhkan pesan tersebut, lalu lanjutkan membaca al-quranku tadi sebelum sholat magrib tersebut.
Baru beberapa lembar Saya membaca, kemudian Saya teringat kembali pesan tersebut. 
"mungkin itu dari teman SMA, kitakan akan mengadakan reunian, nanti ah balasnya setelah sholat saja".

Kemudian Saya balas pesan itu "Alhamdulillah Baik,, maaf ini dengan siapa ??"
Dia hanya membalas dengan "De' Save nmrKu dulu"
Baru kalimat itu yang Saya baca sudah muncul diingatan kalau itu "Dia"
Saya kuatkan membalas semua pesanya. "Ini dengan K' ...... ?? Kita gemukan yah ?? maka.y Z tidak kenal".
Yang tidak Saya duga Dia membalas pertanyaan basa-basi Saya dengan fotonya berukuran satu badan dan menyuruh Saya membandingkan dengan Dia beberapa tahun lalu.

Semua terbayang kembali.
Kebahagian besar yang pernah Dia Tawarkan, Kecerian, Tawa bahkan Sampai akhirnya Air Mata. 
Membuat Saya merasakan pahitnya Kecewa dengan Harapan, Sedihnya perpisahan dan Beratnya  mengikhlaskan.

Datang lalu pergi, Kembali lalu pergi lagi. Kembali tapi tidak Saya bukakan pintu lagi.
Mengundang Saya melalui akun Line, lalu tidak Saya terima. 
Menutup segala status agar tidak masuk beranda Saya lagi
Krna Saya memang benar-benar ingin melupakan. Walaupun mungkin tidak pernah Saya melupakannya dalam hitungan hari, bahkan mungkin hitungan jam.

Pernah pikiran burukKuu muncul
"Apa yg Dia lakukan padaKuu ??"
"Dimana pikiran Say sebenarnya berkali-kali jatuh kerenanya tapi masih tetap tidak dapat melupakannya ??"
"Apa mau Dia sebenarnya berkali-kali membuat Saya sakit, tapi selalu saja kembali ??"

"Apakah begitu juga dengan Kembalinya kali ini Ya Allah ??"
"Dia Kembali untuk pergi lagi ??"
"Akankah Saya kembali sanggup untuk berdiri lagi ??"
"Kalau Dia hanya datang untuk merajut hubungan sebagai Teman, Tuhan Saya tidak sanggup".
"Saya tidak akan sanggup Ya Allah"

Mendingan sekalian Saya seperti dulu tidak berkomunikasi dengannya. Berkomunikasi dengannya membuat hati Saya sakit Tuhan. "Sekian lama Saya mengubur kecewa akan harapan padanya, lalu Dia datang dengan santainya seakan tidak pernah membuat lubang luka".

Bagaimana Saya harus bersikap padanya saat ini Ya Allah ??
Saya takut, salah langkah Tuhan.
Saya acuhkan ??
"Takutnya Dia memang datang untuk benar-banar kembali selamanya". 
Saya menerima ??
"Saya takut Dia pergi lagi, seperti sebelum-sebelumnya".

Tuhan, Kamu tahukan tak sekalipun dalam hidup Saya membayangkan laki-laki lain. kalaupun ada itu hanya sekedar gambaran untuk tidak terlalu membuat Saya berharap pada Dia. Tuhan tahukan, Saya bahkan pernah mengharapkan dirinya. Sementara Saya tahu kalau saat itu Dia memiliki orang lain. Yang sempat Q tuliskan dalam KisahKuu sebelum ini ( riskamayantiikha.blogspot.com/2021/02/karena-janji.html?m=1 ) 

Sekarang Dia kembali lagi Ya Allah. Dan kondisi hati Saya masih sama, masih memendam kecewa atau semua janji yang ditawarkan lalu Dia sendiri yang menghancurkan. Ini juga sekian kalinya Kembali, jika mengikuti logika Saya "jangan menerimanya Kembali, walaupun Dia datang untuk memang menetap. Orang yang seperti itu tidak cocok dengan dirimu yang tulus menerima apapun keadaanya. Sampai kapan kesempatan itu Kamu berikan terus, ini bukan pertama kalinya Dia Kembali. Dia sudah berulang kali Kembali, tapi berulang kali juga pergi. Jangan menyiksa hatimu".
Sementara dalam Hati Saya. 
"senangnya Dia Kembali, mungkin Dia memang untuk Saya. Karena berapa kali pergi tapi Dia tetap Kembali"
Logika Saya
"jangan terlalu bodoh, kesempatan itu hanya diberikan sekali. Kalau berulang kali itu namanya bukan kesempatan. Itu berarti Kamu yang bodoh"
Hati Saya
"saya sudah lama menunggunya Kembali, sekarang Dia kembali. Seharusnya Saya bahagia dengan Kembalinya Dia. Tapi, kenapa sekarang kembalinya tidak membuat Saya bahagia seperti sebelum-sebelumnya ??".
Logika Saya
"itu tandanya, Kamu mengharap tidak lagi memiliki rasa yang sama seperti dulu. Tolong, tempatkan Dia Kembali bukan untuk jadi pasangan Kamu lagi. Tapi, tempatkan Dia pada posisi yang lain sekarang. Teman, Sahabat, Saudara atau apapun itu. Kubur semua harapan hidupmu bersamanya. 

"kalau memang Dia ditakdirkan dalam hidup Kamu nantinya, apapun hubungan Kalian saat ini. Dia akan tetap jadi milikmu"

"sekuat apapun engkau menerima dan mengikat Kembalinya Dia kali ini, kalau memang bukan jalannya untuk bersamamu. Dia pasti akan pergi lagi"

"hapus semua rasa dan keinginanmu bersamanya, lalu tulislah kembali kisahmu. Tapi, jangan isi dengan harapan yang berlebih"

Dengan pergulatan antara Logikan dan Perasaan Saya beberapa minggu ini. Saya juga masih merespon semua pesannya melalui chat. Untuk mengamati seperti apa Dia sekarang, seperti apa Saya harus meresponnya lagi. Setiap kali Dia hendak mengarahkan obrolannya pada hal-hal yang menurut Saya belum saatnya dibahas, Saya memilih untuk mengalihkannya. Karena saat ini Saya belum tau akan menerima Dia Kembali atau tidak. Menerima Dia Kembali dalam bentuk dan versi apa dalam hidup Saya. 

08 Mei 2017
Karena seringnya Dia ingin membahas semua kesalahannya beberapa minggu ini. Akhirnya hari ini Saya memutuskan untuk membahas semuanya. Saya memilih untuk membuka obrolan ini terlebih dahulu.

"Kak, kenapa tiba-tiba beberapa minggu lalu ngechat Saya ?? Dapat nomer baru Saya darimana ??"
"nggak, Saya cuman pengen berkabar Saja. Sudah lama Kita tidak ngobrol, semua akun media sosial Sayakan Kamu block. Kenapa di block sih De' ??".
"pengen lupa Kamu, pengen tutup semua komunikasi dengan Kamu"
"lalu kenapa chat Saya dibalas kemarin??"
"oww, itu Saya tidak tau itu nomer Kakak, tidak ada fotonya juga. Dan saat itu Saya memang lagi merespon beberapa nomer baru karena Saya akan reunian SMA".
"tapi, begitu tau ini Saya. Kenapa tidak berhenti untuk merespon ?? Walaupun hanya dibalas seadanya"
"Oww, berarti Kakak maunya tidak direspon. Okey detik ini juga Saya block yah"
"Jangan De', kalau bisa memperbaiki semuanya kenapa mesti memutus komunikasi ??"
"Bercanda Kak, mungkin waktu Saya kecewa saat itu. Saya belum dewasa berfikirnya dan belum kuat dikecewain. Kalau sekarang mah, sudah kuat 😂😂😂"
"Sudah makin pintar yah De', makin kuat dan Dewasa juga.
"alhamdulillah Kak', banyak belajar dari kekecewaan, dari harapan dan janji yang Kamu tawarkan berkali-kali"
"Sekarang Saya datang De', tidak lagi menawarkan janji dan harapan. Saya hanya mau Kita berkomunikasi seperti awal ketemu"
"Tidak akan bisa seperti awal ketemu Kak, kondisi hati dan pandangan Saya terhadap Kamu saja sudah berbeda. Hati Saya yang dulu begitu mengagumi Kamu, sekarang tidak akan mungkin sama. Bukankah Kamu yang merusak dan membuatnya berbeda. Bukan Saya yang merubahnya tapi Kamu"
"Makanya Saya Kembali untuk memperbaikinya dan membuatnya untuk seperti semula"
"tidak usah repot-repot Kak', ini bukan pekerjaan yang mudah. Ini juga bukan hanya satu kali rusak, tapi sudah berulang kali. Dan itu oleh diri Kamu yang sama. Katanya sudah tidak mau membuat janji dan harapan ??. Ini Kakak buat lagi"
"Ini bukan janji De', ini memang harus Saya lakukan karena ini bentuk tanggung jawab Saya"
"tidak usah Kak', kalau Kamu datang Kembali untuk memperbaiki tidak usah Kak. Saya merespon Kakak sekarang ini bukan seperti dulu lagi, Saya hanya ingin membangun komunikasi yang baik. Semuanya dibangun secara baik-baik,  kalau harus berhenti. Berarti harus berhenti secara baik-baik. Untuk masalah Hati yang Kamu rusak, Kakak tenang Saya sudah memaafkan semuannya. Makanya, sekarang Saya bisa berkomunikasi dengan Kamu secara baik lagi tidak dengan amarah dan air mata karena Saya sudah memaafkan. Dan menerima semuanya dengan ikhlas, karena itu Saya bisa menerima Kakak Kembali, tapi hanya sebagai Teman, Sahabat atau Saudara.

Untuk Hati Saya, maaf untuk menyiksamu bertahun-tahun ini. Tidak mendengar teriakanmu dan tangisanmu. Menyiksamu dengan menempatkan orang yang merusakmu didalam dirimu. 
"Hati ini dirusak olehnya. Tapi, Dia masih tetap Saya biarkan berkelana didalamnya selama ini".
Sekarang tidak lagi
"Hati tenang, Saya akan mencari orang yang baru untuk memperbaiki semuanya".

Untuk orang yang nanti akan mengisi hari-hari Saya. Maaf dan Tolong !!
"Maaf untuk menempatkan Kamu, pada hati yang rusak dan tidak sempurna lagi"
"Tolong untuk tidak merusaknya lagi, karena kalau ini Kamu rusak lagi. Entah jadinya akan seperti apa, mungkin bukan hanya rusak. Tapi, akan hancur dan tidak dapat diisi lagi"

Terima setiap orang datang untuk kembali. Karena setiap yang pergi pasti mengharap untuk kembali. 

Pergi ke kampung halaman, pasti Kita menginginkan untuk Kembali ke rumah. 
Pergi ke mall, pasti Kita akan Kembali ke rumah.
Pergi liburan, pasti Kita tetap akan Kembali ke rumah. 
Senyaman apapun yang telah Kita lalui, entah itu perjalanan, kesuksesan dan bahkan hidup. Kita pasti akan mendengar dan akan memikirkan tentang "Kembali". 

Hari ini Saya juga memutuskan untuk menerimanya Dia "Kembali". Tapi, bukan untuk menjadikannya sebagai tujuan dan pelengkap hidup lagi. Karena kalau Saya memberikan kesempatan Kembali dengan konsep yanng sama sebelum-sebelumnya.
Membiarkan Dia dengan mudahnya Kembali  dan pergi, lalu Kita merasa Sakit. Sebenarnya itu bukan salah Dia, itu salah Kita.
Jangan tanyakan kenapa Dia terus Kembali dan menyakiti Kita ??
Tapi tanyakan pada diri Kita,
Mengapa Kita terus memberikan Dia kesempatan untuk menyakiti Kita ??

Badai tidak akan pernah peduli sehancur lebur apa jalan yang Dia lalui, Dia tidak akan merasa apa yang anda telah rasakan. 

Silahkan semua "KEMBALI", karena sekarang Saya tau dimana Kalian akan Saya tempatkan dalam hidup Saya. Begitu Kalian memilih "Kembali".

24 Februari 2021
Siang ini, entah sudah beberapa Saya memutuskan untuk pergi dari dunia Sosial Media "ehh,, Saya cek dulu yah. Sudah berapa hari". Sambil membuka feed instagram Saya. Ternyata sudah sekitar enam harian, sebenarnya Saya tidak sepenuhnya pergi Saya masih membuat beberapa story. Saya juga tidak tau kenapa Saya membuat beberapa story padahal Saya sudah memutuskan untuk istirahat sejenak, karena ( Link Blog Lelah ). "ah,, tidak penting juga dibahas karena apa".

Yang terpenting hari ini Saya memutuskan untuk Kembali. "Lelahnya sudah hilang yah ?? Sehingga memutuskan Kembali hari ini dan sudah membuat instastory lagi". Kalau ditanya begitu sebenarnya Lelahku sudah hilang dari beberapa hari yang lalu. Yaitu sekitar hari minggu ketika seluruh moodbooster Saya semua datang. Tapi, Saya belum memutuskan untuk "Kembali" waktu itu karena Saya merasa nyaman dengan hidup Saya yang seperti itu. Hanya membuka sosial media, untuk membaca beberapa informasi. Memberikan like atau komentar beberap akun teman yang kebetulan muncul pada saat Saya lagi membuka sosial media. 

Karena itulah Saya yang sebenarnya, tidak suka membagi kisah setiap saat disosial media. Waktu itu hampir sekitar semingguan lebih Saya terus berbagi cerita dalam sosial media, akhirnya membuat Saya lelah. Karena Saya merasa itu bukan diri Saya. Saya seperti ditekan dengan tuntutan upload tiap hari, harus mengatur pola feed instagram Saya supaya tetap rapi. Saya tidak suka kalau feed Saya berantakan, jadi setiap mengupload harus ada konsepnya. Sementara setiap hari harus mengatur konsep itu ribet menurut Saya dan Saya tidak cukup waktu untuk itu. Tapi, tetap Saya paksakan akhirnya Lelah dan memilih berhenti.

Kemarin Saya, melakukan preview untuk Cerita (Link Blog Lelah) yang kebetulan hari ini Saya upload. Saya lalu membuka daftar draf cerita Saya, yang membuat Saya terkejut Saya menemukan draf berjudul "Kembali". Saya berusaha menebak apa isi ceritanya, sebelum Saya membaca isinya. Tapi, Saya sama sekali tidak menemukan gambaran tentang apa dan siapa cerita Kembali ini. Saya memutuskan untuk membaca sekalian preview siapa tau bisa diupload. Dan terkejutnya Saya, cerita dalam draf ini seperti mengingatkan Saya untuk "Kembali" dari beberapa hari yang melelahkan. Sebenarnya tidak singkron cerita Kembali dalam versi 2017 dan Kembali Saya sekarang ini. Tapi, tidak tau kenapa begitu membaca bagian akhir tulisan Kembali 2017. Saya merasa ditekan untuk meninggalkan kelelahan Saya. 

Kembalilah hidup ini memang melelahkan.
Kembalilah tapi jangan pada versi yang melelahkan.

Akhirnya hari ini Saya memutuskan "Kembali"  dalam versi yang nyaman. 

Saya akan mempublis cerita diblog sesuai kemampuan dan keinginan Saya, akan Saya usahakan setiap hari. Tidak dengan paksaan atau target lagi. Tapi, tidak dengan instagram. Saya hanya akan memgupload jika Saya mau dan seperti dulu mungkin sebulan sekali atau bahkan tidak sama sekali.

Kata Kembali memiliki makna yang sangat luar biasa. Saya berharap orang-orang bisa memaknai Kembali dan versi yang baik.
Kalau Kembali bisa membuat bebepara orang Bahagia, kembalilah.
Sebaliknya jika Kembali membuat beberapa orang terluka, jangan Kembali.
Kembalilah dalam versi yang baik untuk diri sendiri dan orang lain. 

Selasa, 23 Februari 2021

LELAH

Bismillah.. 
Assalamualaikum..
Selamat sore, 
Nama Saya Alesha, tidak perlu jauh Saya menjelaskan tentang keluarga Saya. Karena ini bukan tentang Mereka, ini adalah tentang Saya. Tentang apa yang sedang Saya rasakan seharian ini.

Kemarin, semua terasa baik-baik saja. Malah lebih baik dari hari-hari biasa. Semua seperti berpihak terhadap Saya kemarin. Saya bangun diwaktu subuh, menjalanlam semua aktivitas subuh seperti biasa. Lalu bersiap-siap untuk keluar rumah, hari ini waktunya Saya untuk melakukan pertemuan mingguan. Saya berangkat, singkatnya biasa setiap semua selesai Saya langsung pulang kerumah. Dan kemarin tidak, Saya mengunjungi suatu tempat. Setelah itu memutuskan pulang, didalam perjalanan. Saya melihat sebuah ruko yang kebutulan menjual beberapa jenis tanaman hias. Saya memutuskan untuk mampir ketempat itu hanya untuk cuci mata, dalam fikiran "jangan beli apapun, cuci mata saja. Tapi, kalau ada Caladium jenis baru gimana ??". Setelah berjalan masuk sudah ketebak tidak ada Caladium disini yang ada hanya jenis Aglonema dan Antorium saja. Dalam hari "Alhamdulillah", karena tipe orang yang tidak bisa nahan jajan. Beranjak keluar pintu ruko, ada beberapa Aglonema kecil yang kebutulan disimpan dipojok. Saya lalu berbalik dan menanyakan jenis Aglonema tersebut apa ??. Benar Aglo ini belum ada milik Mama, kalau Saya sukanya Caladium. Mama justru tertarik pasa berbagai jenis Aglonema. Entah bagaimana mana intinya, 2 jenis Aglonema tersebut tiba di rumah. Langsung dipindahkan Mama kedalam pot dengan tanah baru yang sudah dibeli dan dipersiapkan dirumah. 

Saya kalau habis bepergian selalu memutuskan untuk berdiam dikamar. Ada rasa khawatir yang berlebihan muncul. Saya lalu teringat kalau Malam ini belum memenuhi sebuah target atau tantangan yang diberikan. Saya lalu memutuskan untuk membuka draf blogger, untuk memilih judul yang akan diupload malam ini. Sampailah pada pilihan draf yang berjudul (riskamayantiikha.blogspot.com/2021/02/anak-pertama.html?m=1). Saya memutusakan untuk melanjutkan draf tersebut, karena itu merupakan naskah lama yang Saya tulis dalam keadaan kecewa dan hanya merupakan inti dari cerita. Saya memulai menulis setelah melakukan sholat Isya, dan tidak disangkah hingga beberapa menit lagi sudah pergantian hari. Untung naskah cerita itu sudah ditulis sampai selesai, tapi belum direvisi dan direview sama sekali. Tapi, ini sudah pukul 23.46 menit kalau tidak Saya upload berarti tantangannya lepas. Mau tidak mau Saya upload tanpa review, karena kalau harus Saya baca dari awal akan memakan waktu kurang lebih 15 menit, belum lagi jika ada tanda baca dan lainnya yang harus diperbaiki. "Bismillah, Publis" 

Kemudian, Saya lalu memilih tidur rasanya badan udah tidak bersahabat lagi. Bulak-balik, mutar, kiri kanan tidak tau kenapa sepertinya gelisah sekali. Tidur beberapa saat, tiba-tiba terbangun lagi. Sekitar hampir jam 3 malam Saya lalu teringat "astagah, lupa belum minum air lemon. Tadikan habis keluar rumah". Buka kamar, buka kulkas lalu minum. Lihat jam menujukkan sudah jam 3 "pasti sebentar tidurnya bablas ini, mana besok hari kamis, sahur apa yah ?? kalau dibangunkan Ya Allah. Air putih sajalah yang penting sahur, karena tidak mungkin bisa bikin makan kalau begini. Tapi, kayaknya ini tidak bakal bangun ini, milih tidak tidur tapi ini baru terasa ngantuknya. Ya Allah, Saya tidur setangah jam aja. Nanti tolong dibangunkan yah buat sahur, jangan pas Adsan subuh".
_
"alhamdulillah, Allah ternyata begitu sayang sama Saya. Saya dibangunkan tepat waktu".
Kebetulan hari ini tidak ada kegiatan, Saya memilih untuk beristirahat didalam kamar. Sekitar jam 10am, Saya mutuskan untuk tidur karena badan seperti capek dan lelah sekali. Ini mungkin karena semalam tidurnya kurang nyaman. Tiba-tiba terdengar suara dari pengeras suara di mesjid, Saya lalu terbangun "ahh.. Ini sudah Dhuhur". Saya lalu bergegas bangun dan menuju kamar mandi.

Dan entah kenapa secara tiba-tiba setelah melakukan sholat dhuhur, tiba-tiba Saya merasa capek dan lelah yang lebih parah daripada tadi sebelum tidur.
Kenapa ini ??
"Saya tidak lagi sedih, Tapi kenapa seperti kehilangan selera untuk hal apapun.
"Seperti sudah malas dan sudah capek, Tapi tidak tau kenapa malas ? Dan kenapa capek ?
"Saya Lelah"

Kenapa lagi ini Tuhan ??
Ada drama apalagi ??
Ada cerita apalagi ??
"Semoga yang datang setelah ini pelajaran penting Ya Allah". Gumam Saya dalam hati untuk menguatkan diri.
Kenapa rasa ini datang tiba-tiba seperti ini ??
Biasa Saya seperti ini kalau lagi ada masalah, lagi kecewa atau marah akan sesuatu. Tapi, ini Saya lagi tidak kenapa-kenapa. Lalu kenapa rasa ini muncul.
"Hati Saya rasanya ingin menangis, tapi airmata enggan untuk menetes"
"Leher Saya rasanya ingin berteriak, tapi tak ada suara yang keluar"
"Dada Saya rasanya sesak, tapi nafas Saya tidak terengah-engah"

Karena ini sudah malam, Saya jadi teringat untuk menulis. Ada target yang harus Saya penuhi malam ini. Saya lalu bergegas bangun dan mencari buku note hitam Saya. Kata yang pertama tertulis adalah "Aku Lelah". Biasanya begitu Saya menulis judul air mata akan ikut menetes. Dan akan muncul berbagai kalimat tentang judul yang telah Saya tulis. Tapi, kali ini justru tidak malah makin sesak dada Saya. Entah berapa kali Saya menulis kata "Aku Lelah", karena tidak ada kalimat atau kata lain yang muncul dalam benak Saya selain itu. Saya lalu mengikuti keinginan hati Saya, Saya mencoba mengikutinya seberapa banyak Hati ini ingin menulis kata "Lelah" itu. Tidak terasa setengah dari halaman buku note ini hanya bertuliskan kata "Aku Lelah". Saya menuruti hati Saya sekarang bahkan jika Ia hendak menulis kata itu sampai memenuhi buku note ini.
"Hati tulis semua sebanyak mungkin sampai engkau merasa nyaman dan tenang untuk bercerita. Tenang, Saya dan tubuh ini akan mendengarmu". Lagi-lagi Saya berbicara dalam hati. Karena itulah kalimat yang tiba-tiba muncul dikepala Saya dan telah Saya tuliakan dalam buku selain kata "Aku Lelah". Saya lalu melepas pulpen dan memegang dada Saya, sembari membisikkan kalimat tadi. Benar adanya, hati Saya ingin memyampaikan sesuatu. Tapi, merasa tak akan didengarkan jadi memberikan rasa lelah yang berlebih. 
"Hati bicaralah, Saya akan selalu mendengarkanmu. Tapi, jangan berharap untuk Saya terus mengikuti keinginanmu"

Begitu Saya mampu menulis satu alasan kenapa lelah, Saya memutuskan untuk berhenti menulis dibuku note. Seperti ini fotonya
Saya langsung memutuskan mencari handphone dan membuka aplikasi Blogger Saya. Karena untuk mempersingkat waktu supaya tulisan ini bisa Saya publis malam ini. Tidak usah publis yang sudah disiapkan sebelumnya.Karena kayaknya ini lebih bagus dari yang udah didraf blog. Dengan penuh semangat Saya lalu mengetik poin pertama dengan awalan "Saya Lelah ...........". Tibalah Saya dipoin kedua, Saya lalu menulis lagi "Saya Lelah" dan yang terjadi adalah Saya kembali stuck, tidak ada kalimat lagi yang muncul. Air mata secara tiba-tiba menetes, mulut tiba-tiba berbicara "Saya tidak ingin dipaksa, dengarkan Saya dulu. Lalu selanjutnya terserah pada diri dan tubuhmu". Saya seperti ditampar sekarang ini 23.09pm, 18 februari 2021. 😭😭😭😭😭
Dalam kondisi penuh menangis Saya masih menyempatkan untuk membuka istagram Saya, karena Saya merasa punya tanggung jawab untuk sebuah target. "Tolong, tunggu sebentar Saya harus menyampikan hal ini di instagram. Karena ada beberapa orang yang mungkin menunggu cerita Saya malam ini". Setelah memposting feed ini

Sekarang Saya kembali untuk mendengarkanmu sepenuhnya, tapi sebelumnya.
"Hati Maafkan Saya, Saya berhenti. Sekarang Saya dan tubuh ini milikmu"


Aku Lelah... 
_Saya lelah dengan beban hidupmu yang berat dan terus Kamu bawa.
_Saya lelah melihatmu terus bertopeng depan orang lain.
_Saya lelah mendengar otakmu bergelut dengan fikiran sendiri sekarang.
_Saya lelah melihat mulutmu tidak mampu menjelaskan tentang apa yang Kamu fikirkan dan rasakan.
_Saya lelah melihatmu merasa tidak ada yang bisa membuat Kamu bahagia.
_Saya lelah memdengar Kamu merasa tidak ada yang bisa mengerti perasaanmu. 
_Saya lelah mengasihanimu yang harus terus menerus merasa diri Kamu tidak berharga.
_Saya lelah kasihan padamu yang merasa stuck dalam menjalani kehidupan.
_Saya lelah merasakan hidupmu terasa hampa dan kosong.

_Saya kasihan pada seluruh anggota tubuhmu yang Kamu paksa untuk terlihat baik-baik Saya. 
_Saya kasihan padamu yang untuk membahagikan orang lain, malah mengorbankan dirimu. 
_Saya kasihan padamu yang tidak bisa menolak permintaan tolong orang lain.

"Semua ini membuat tubuh Kamu tetap terasa capek atau lelah meski sudah cukup tidur dan istirahat seharian".
"Semua ini menguras energi Kamu baik secara mental ataupun fisik".

"Tolong, Dengarkan Saya dan Kasihani Diri dan Tubuhmu"
"Ada bebarapa hal dalam hidup yang tidak bisa dipaksakan"

Katika hati Kita mengatakan "Tidak", jangan memaksakan untuk "Iya" pada tubuhmu. Karena mereka berdua adalah Satu Koneksi yang searah !!! 

Rabu, 17 Februari 2021

Anak Pertama

12:16pm, 29april2017

Pagiiii...... Bismilalhirahmanirahim
Seperti biasa krna hari ini hari libur segala aktifitas terburu-buru dipagi hari dibuat sesantai mungkin dikamar.

Oh iya,, salah lupa nama Saya Shafeyya. Saya anak pertama dalam keluarga ini dan Saya memiliki beberapa orang adik. Dari namaku kalian pasti sudah tau kalau Saya ini perempuan. Ada beberapa teman mamanggil Saya perempuan super happy dan tidak punya masalah atau kegelisahan. Kalau dilihat secara langsung sih, Saya memang seperti itu. Apa-apa selalu Saya bawa santai apapun itu. Tapi, coba tanyakan Saya pada tembok kamarku. 😂😅

Hari ini Saya mau bertanya tentang Anak Pertama dalam keluarga. Tapi, mau bertanya pada siapa ?? 
Rata-rata teman-teman Saya anak adalah anak kedua, kalau bukan ketiga. Posisinya Mereka semua adalah Adik, jadi mau bertanya sama siapa.

Menjadi Anak Pertama
Ada yg tau posisi apa itu ???
Bagaimana kehidupannya ???
Bagaimana Dia menikmati hidup ???
Bagaimana Dia seharusnya terhadap orangtuanya ???
Bagaimana Dia terhadap adik-adiknya ???
Apa perannya dalam keluarga ???

Diakah sumber informasi terbesar dalam keluarga. 
Diakah yang harus menjadi penyampai teguran pada semua keluarga.
Diakah yang harus berperan aktif dalam keluarga.
Diakah yang harus penyeimbang dalam keluarga.
Pokoknya semua hal dalam keluarga harus Dia tau dan harus bisa dikendalikan. Karena saat ini, Saya merasa seperti itu. Sepertinya seluruh beban dan kepentingan keluarga disimpan dipundaknya

Ketika Bapak ingin menasehati Mama tapi Dia masih segan dan menghindari pertengkaran/perbedaan pendapat. Pada Anak Pertamalah semua diceritakan, berharap Anak Pertama menyampaikan pada Mama.
Ketika Mama menginginkan sesuatu hal, pada Anak Pertamalah Dia menceritakan keinginannya, berharap Anak Pertama menyampaikan pada Bapak.

Ketika adik-adik yang melakukan kesalahan Bapak enggan menegurnya secara langsung berharap Mama yg harus menegurnya. Karena Bapak tipekal orang yang kalau marah tidak akan menegur dengan kata. Tapi, cukup lihat ekspresi dan sikapnya. Kalau Saya seperti itu membacanya, ketika masuk rumah atau Dia duduk diam dan melihat dengan tatapan keras kepada Saya. Berarti saat itu Saya melakukan kesalahan. 
Lain lagi kalau tipikal Mama, ketika Dia marah dan kecewa. Saya pasti langsung tau karena Mama akan langsung ngomel dan menyampaikan. Bahkan terkadang Dia tidak melihat dalam kondisi dan keadaan seperti apa Dia akan langsung menyampikan ketidaksukaan atau kemarahannya. Sikap Mama ini yang kadang membuat Saya malu atau kecewa, Saya berharap ditegur atau disampaikan secara baik-baik tidak didepan orang-orang secara langsung. Tapi, tidak apa-apa ini sudah menjadi pemakluman bagi Saya. Karena diusia segini Saya sudah paham karakter Mama yang ini.

Karena karakter Bapak yang tidak bisa marah dengan kata atau tindakan. Sering sekali Bapak berharap Mama menyampaikan teguran Bapak kepada Adik-adik. Tapi, ketika teguran tidak disampaikan Mama. Hal tersebut kadang Mama tidak sampaikan karena apa yang ingin disampaikan Bapak, sudah disampaikan Mama sebelumnya. Dan Mama adalah tipikal orang kalau apa yang membuat kecewa dan marah sudah disampaikan sekali lalu tidak didengarkan Dia tidak akan mengulanginya lagi. Baginya Mama, kalau sudah besar, sudah paham dengan satu kali teguran. Tapi, kadang bagi Bapak tidak seperti itu. Harus diulangi terus supaya Kita jauh lebih mengerti dan tidak mengulanginya lagi. Setelah tidak ada respon dari Mama, Bapak akan beralih lagi ke Anak Pertama karena kepada Anak Pertama lagilah Bapak menyampaikan, berharap Anak Pertama yang menyampaikan kepada Adik-adik. 
Hal seperti ini sering sekali terjadi, Bapak beranggapan bahwa Mama membela anak-anaknya dalam keadaan salah. Padahal sebenarnya tidak, hanya saja Mama tidak menyampikan lagi karena sudah disampaikan sebelumnya. 

Dan inilah sumber masalah lain yang paling sering muncul. Ketika Adik-adik membuat kesalahan sudah dimarahi Mama, Lalu tiba-tiba Bapak juga marah lagi kepada Mereka. Mama seakan membela tanpa henti tak rela jika Bapak memarahi anak-anaknya lagi. Bagi Mama kalau sudah Saya yang memarahi mereka. Jangan lagi Bapak ikut Marah, karena kasihan anak-anak tidak ada lagi pelarian. Beberapa kali hal ini terjadi karena memang Adik melakukan kesalahan yang terus diulang-ulang hingga Bapak juga tidak bisa diam lagi seperti biasa. Apalagi jika kesalahan itu berupa kebohongan atau ingkar janji. Misal, janjinya pulang harus sebelum magrib. Tiba-tiba pulangnya lewat, bahkan pulangnya bukan lewat lagi. Tapi, kelewatan bahkan sampai jam 10 atau 11 malam kalau hal seperti janji dan kebohongan Bapak tidak bisa toleril hal itu. Marahnya akan ikut dengan kata, bukan cuma ekspresi lagi seperti biasanya. Untuk Adik-adik tak sadar kalian selalu menjadi orang yang membuat Bapak dan Mama berargumen keras satu sama lain ?? 

(Surat Untuk Adik-adik Saya)
De' Saya jadi teringat beberapa tahun lalu..
Alasan Saya meningalkan kegiatan maupun organisasi.
Yah,, hanya karena alasan ini berada dalam dunia organisasi itu membutuhkan waktu yg banyak
Sementara pemikiran kedua orang tua Kita mengenai dunia luar apalagi dimalam hari
Itu penuh dengan ketakutan dan kecurigaan Bapak dan Mama
Masalah terus muncul ketika Saya terlambat pulang
Bapak dan Mama sering tidak bicara karena Saya yang melakukan kesalahan
Belajar dari ini Saya tahu orang tua Kita dan orang-orang lain berbeda
Saya bukan menyeruhmu meninggalkan Dunia Organisasi seperti Saya
Saya hanya meminta ikuti aturan main yg telah ditetapkan dirumah
Aturan itu bukannya kamu telah melaluinya bertahun-tahun
Kenapa sekarang Kamu tidak bisa memenuhinya ??
Kembali ke rumah sebelum Magrib !!
Hanya itu Saja yang Bapak dan Mama tekankan kepada Kita semua, kalaupun harus ada yang diurus harus lewat dari jam Magrib
Telfon atau sampaikan sebelum Kita berangkat dipagi hari. Karena Bapak dan Mama juga masih kasih keringan sampai jam 9 malam bukan. Yang penting Kita sudah isin dari awal. 
Kalau beralasan, mana bisa menentukan waktu. Kita ini bukan yang mengatur waktu untuk kuliah atau rapat tiba-tiba. "iya, memang bukan. Tapi, bukankah juga sudah dikasih keringanan sampai jam 9 malam". Ini Saya hanya bercerita yah, bukan memaksa untuk mengikuti. Saya hanya memberi gambaran (dulu ketika Saya, ada kegiatan kuliah atau apapun itu diatas jam 9 selesainya. Saya memilih untuk tidak ikut dan milih pulang)
De' mungkin Saya sesensitif ini, karena kondisi Mama yang tidak sehat. Tolong jangan tambah beban fikirannya.
Saya tidak bisa memastikan isi fikiran Anda sekarang ini. Mungkin, ini mungkin yah. Pasti pernah terbesit dalam fikiranmu "aduh, repot banget sih. Capek deh dengan aturannya".
Saya hanya ingin menyampaikan. Ketakutan Mama dan Bapak ini beralasan. 
Merekalah yang menjaga Kita sampai sekarang ini, Mereka tidak akan mungkin membiarkan sesuatu terjadi kepada Kita. Dan dunia luar itu apalagi di malam hari, tidak ada yang bisa menebak atau memprediksi kejadian yang akan terjadi.
Tidak ada aturan lain yang Mama dan Bapak tetapkan kepada Kita, kecuali waktu !!
Masa hanya satu ini saja tidak bisa Kita penuhi.

Sebelum kemarahan Bapak memuncak. Saya sebenarnya sering menegur kaliankan setiap kali melakukan kesalahan. Kalau boleh jujur sebenarnya itu, Saya sudah menyaring semuanya dari lama. Setiap Melakukan kesalahan pasti Bapak cerita sama Saya. Saya sudah tau pasti Bapak minta Saya menyampaikan, tapi masih Saya tahan-tahan karena Saya juga tau sebenarnya ini bukan kapasitas Saya untuk menyampikan. Ini sebenarnya kapasitas Orangtua Kita, tapi taukan Bapak seperti apa orangnya. Marahnya tidak akan mungkin bersuara kalau Kita tidak keterlaluan
Dan akhir-akhir ini kayaknya sudah menjadi puncak Saya juga menyaring dan menahan semuanya, karena Adik terus melakukan kesalahan yang sama secara berulang. Sementara kondisi Mama juga tidak sehat. Saya akhirnya menengur dengan kalimat yang super panjang dan suara super keras untuk pertama kalinya.
Maaf untuk sikap Saya itu !!!


Begitulah kira-kira tugas Saya sebagai Anak Pertama. Tapi, Saya menjalaninya dengan senang hati. Karena kemana lagi Mereka akan bercerita kalau bukan kepada Saya sebagai Anak Pertama mereka, belahan jiwa dan rasa pertama Mereka. Namun, yang paling berat lagi bagi Saya sebagai Anak Pertama.
Begitu Anak Pertama menyampaikan apa yang disampaikan atau apa yang dipahami dari cerita keluarga.

Kamu itu selalu membela Bapak
Kamu itu selalu membela Mama
Kakak Kamu itu terlalu repot Bapak dan Mama saja tidak pernah komplent ini dan itu

Kalau begini Saya sebenarnya bingung harus menjawab apa. Karena tidak mungkin Saya menceritakan full apa yang diceritakan kepada Saya. Karena pasti akan ada lagi argumen.
Kenapa tidak langsung Bapak cerita/kasih tau Saya ??
Kenapa tidak langsung Mama cerita/kasih tau Saya ??
Kenapa Bapak dan Mama tidak pernah kasih tau Saya ??
Kalau untuk pertanyaan ini, Saya juga lagi mencari tau jawabannya. Karena terkadang Saya juga bingung dan ingin langsung mengatakan kepada Mereka semua. 
Kenapa tidak Kita yang sampaikan langsung ??
Kenapa ceritanya harus pada Anak Pertama ??
Kenapa Anak Pertama seakan sebagai pemegang kontrol komunikasi ??
Saya bahkan kadang terdiam dan meneteskan airmata. Sambil mempertanyakan semuanya sendiri. Karena tidak jarang apa yang Saya sampaikan kepada Meraka justru memperoleh tanggapan yang menyakitkan hati Saya. 
Kemana Anak Pertama harus bercerita, tidak taukah Kalian. Anak Pertama juga butuh untuk didengarkan ceritanya. Kami para Anak Pertama juga punya pesan untuk disampiakan kepada Kalian. Hanya saja Kami Anak Pertama menahan. Karena tidak mungkin Kami bercerita kondisi Kami kepada Kalian yang sudah memiliki masalah juga.
Kami Anak Pertama memilih Menahan walaupun tidak Mampu
Kami Anak Pertama memilih Kuat walaupun Kami Lemah
Kami Anak Pertama memilih Tertawa walaupun sebenarnya Hati Kami Menangis

Bagaimanakah seharusnya Anak Pertama bersikap ??
Haruskah Anak Pertama menutup mata dan telinga agar tak terdengar Kamu membela siapa !!
Haruskah Anak Pertama menutup mata dan telinga dengan cerita kalian !! 
Haruskah Anak Pertama mendengarkan lalu Diam !! 


Siapa yg salah Orangtuakah yang terlalu membuka semua.y pada Anak Pertama ??

Untuk sementara Saya menguatkan diri Saya dengan kalimat ini "Mungkin bagi orangtua, Anak Pertama adalah orang yang bisa melihat waktu yang tepat untuk menyampaikan hal ini". Karena yang pegang teguh orangtua Saya  tidak pernah salah. Mereka adalah orang-orang hebat dalam hidup Saya. 

Orangtua adalah orang pilihan Allah yang terbaik untuk Kita anak-anaknya.

Akhir-akhir ini Saya akhirnya mendapat jawaban dari beberapa pertanyaan Anak Pertama.
Kenapa harus semua selalu Anak Pertama yang menjadi tempat berbagi cerita dan tumpuan komunikasi dalam sebuah keluarga ??
Karena....
_Anak Pertama adalah penikmat kasih dan cinta pertama secara penuh dalam keluarga sebelum dibagi keadik-adik
_Anak Pertama adalah orang pertama yang diperjuangkan orangtua dalam hidup secara penuh
_Anak Pertama adalah orang pertama yang dipenuhi segala keinginan secara sempurna tanpa ada pembagian
Semua yang dimiliki Orantua diberikan secara penuh kapada Anak Partama.

Jadi, kenapa Saya harus bersedih dan kecewa. Jika, tanggung jawab, beban dan masalah dilimpahkan kepada Kami Anak Pertama. Ini adalah pertanda bahwa kedua orangtua Kami Anak Partama memberikan kepercayaan lebih terhadap Anak Pertama.

Kenapa juga baru sekarang mempertanyakan hal seperti itu, bukankah sudah sejak dulu Kita Anak Pertama juga sudah menjadi tameng untuk Adik-adik Kita. 
Pasti Kita sering mendengar Kalimat ini
"Aduh, Kakak jangan Ganggu Ade'"
"Kenapa lagi itu Ade', bisa Nangis Kakak ??"
"Kakak ini selalu bikin berantakan mainan"
Setiap ada kejadian yang buruk dan Kita sedang bersama Adik selalu Kakak menjadi Kambing Hitam Orangtua, untuk menenangkan Adik. 
Inilah salah satu mungkin kesalahan Orangtua Kita dulu. "Ehhh Salah, bukan kesalahan". Tapi, ketidak tahuan Orangtua tentang tanggung jawab yang harus diajarkan sejak dini kepada semua anak-anak. Jangan beralasan "Si Adik, masih kecil belum tau apa-apa". Kalimat ini akan membuatnya tidak bertanggu jawab hingga Dia tumbuh dan besar nanti.
Adik akan terus mencari tameng untuk kesalahan-kesalahannya dan akan selalu merasa benar. 
Adik akan selalu merasa setiap tidak apa-apa melakukan kesalahan nanti juga dibela.

Saya paham semuanya sekarang. Kenapa Anak Pertama harus dituntut lebih kuat tanggung jawabnya. 
Saya Anak Pertama !!
Yang memang harus memegang tanggung jawab penuh, karena Saya di beri Mahkota yaitu "KAKAK"
Saya Anak Pertama !!
Yang memang harus memegang tanggung jawab penuh, karena orang tidak memanggil Orangtua Saya dengan nama Adik-adik Saya dibelakangnya. Tapi, dengan Nama Saya di belakangnya Bapak dan Ibu dari Anak Pertama.

Namun, jika Anak Pertama boleh meminta untuk orangtua atau calon orangtua:
Mari belajar membagi tanggung jawab Anak Pertama. 
Mari belajar memdengarkan isi hati Anak Pertama
Mari belajar tidak menuntut hal yang lebih pada Anak Pertama
Anak Pertama memiliki moodswiing yang harus diperhatikan

Nanti Saya tulis tentang MoodSwiing Anak Pertama yah... 

Senin, 15 Februari 2021

2th Terberat

19 Januari 2019
_Tempat Tunggu Ruang Operasi

Ini bukan pertama kalinya Saya mendengar Kata Operasi dalam hidup Saya. Yang pertama adalah ketika Tante melakukan Operasi Cesar untuk anak pertamanya di RSA. _______. Dan yang kedua adalah Ketika Kakek Aji atau Suami dari Saudara Nenek Saya yang sering Kami sebut dengan Aji Tua, melakukan Operasi Prostat di RSUD. _______ ____. Untuk operasi Tante, Saya tidak terlalu takut karena hanya mendengar semua kabar melalui Via telfon. Karena waktu itu Saya masih kuliah, dan ketika hari Tante operasi Saya seharian full di kampus. Jadi, Saya datang dalam keadaan Tante sudah sadar dan bocah kecilnya sudah dalam kotak inkubasi. Kalau hari Operasi Aji Tua sebenarnya Saya juga berharap jadwal Saya full di Sekolah dan tidak harus menunggu di ruang tunggu operasi. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya Saya harus bergegas pulang karena Aji Tua dan seluruh keluarganya adalah orang jauh dan tidak tau bagaimana konsidi Makassar. Mereka semua adalah orang dari Sulawesi Tenggara sehingga Saya harus mendampingi Mereka. Sekitar jam 9 lewat, Saya langsung meninggalkan sekolah karena tugas sudah bisa dialihkan kepada teman Saya. Dan juga dari pagi Saya juga sudah terus-terusan ditelfonin Tante, karena ada beberapa hal yang dibutuhkan pihak rumah sakit yabg harus dicari di luar sementara Mereka tidak ada yang tau hari kemana dan bagaimana. Bisa bayangin bagaimana kondisi Saya saat itu yang sangat takut dengan kata operasi tapi harus berlari keluar masuk ruang operasi untuk berbicara pada pihak rumah sakit. Kalau Saya ingat-ingat rasanya seperti dada Saya kembali sesak. 
Kemana Mama tidak menemani keluarganya, itukan keluarga dari Dia ?? 
Mama Saya, baru saja sekitar 4 hari keluar dari RS. __________ karena penyakit maagnya kambuh. Entah sudah beberapa bulan ini Mama Saya juga keluar masuk rumah sakit karena penyakit maagnya sering kambuh dan tidak bisa lagi ditoleril dengan obat minum. Jadi harus keluar masuk rumah sakit untuk kontrol. Sebenarnya ada yang membuat aneh dalam penyakit Mama, kerena Mama tetap minum obat dari dokter tapi sakitnya juga masih sering kambuh. Sudah dibawa juga kesegala tempat dokter praktik tapi hasilnya tetap sama hanya penyakit maag. Sampai pada akhirnya salah satu Om memutuskan untuk Mama dibawa ke kampung untuk mencoba obat tradisional. Saya memutuskan mengikuti saran itu, sekitar semingguan Saya di rumah saudara nenek. Untuk mengajak Mama berobat, itu dalam kondisi bulan Ramadhan. Bapak terpaksa harus mengurus segala menu buka puasa dan sahurnya sendiri. Bapak bilang "bawa Mama kemana saja yang penting Dia sembuh" berbekal kata ini Saya siap membawa kemanapun. Sekitar seminggu berobat kondisi Mama membaik, Kami memutuskan pulang karena kasihan juga Bapak bulan Ramadhan cuma bertiga. Belum cukup 2 hari di rumah, Mama kembali tidak dapat menahan sakitnya. Saya tiba-tiba teringat pesan orang mengobati "kalau sampai rumah, dan Mama merasa sakit lagi langsung bawa kedokter siapa tau Allah kasih lihat sakit yang sebenarnya"
Malam itu juga Saya memutuskan membawa Mama ketempat praktik dokter yang selama ini menanganinya di rumah sakit. Kebetulan tempat praktik itu diketahui Adik Saya, yang juga pernah praktik di rumah sakit Mama sering dirawat. 

Yang membuat Kami semua kaget malam itu adalah hasil USG pemeriksaan yang mengatakan bahwa yang membuat Mama sering kesakitan bukan karena maag, tapi karena penyakit Batu Empedu. Dan itu sudah tidak bisa dihancurkan dengan obat karena sudah besar. Saya langsung menyangga perkataan dokter "bagaimana bisa Dok ? Kenapa langsung membesar, belum cukup sebulan Mama Saya dirawat di rumah sakit oleh dokter dengan segala macam pemeriksaan USG juga. Katanya tidak ada apa-apa, ini hanya penyakit maag saja. Lalu kenapa tiba-tiba ada Batu Empedu yang besar". Kita semua terdiam dalam satu ruangan, karena Dokter juga merasa heran dan tidak percaya. "Nak, ini harus dilakukan operasi. Saya kasih rujukan dari klinik ini langsung ke UGD rumah sakit Kita yah".

Dengan hati hancur dan mata berkaca. Yang tak mungkin Saya tampakan didepan Mama, Saya mengiyakan sambil melihat ke arah Mama yang masih sangat terlihat santai dengan keputusan Dokter. "siapa tau ini jalan Alla supaya Saya sembuh Nak, Dan tidak dikasih sakit lagi". Saya tidak ingin membuat Mama takut dan khawatir, karena Dia pasti tau Saya takut dan khawatir sampai bilang begitu. Hanya menjawab "okey"

Kami lalu pulang kerumah, Saya langsung memilih masuk kamar. Dan terdengar lirih dari luar Mama, menjelaskan hasil pemeriksaan pada Bapak. Sementara Saya dikamar meraung-raung penuh air mata, tapi tanpa suara. Bagaimana hancur Saya kembali mendengar kata operasi untuk yang ketiga kalinya. Harinya tiba Saya membawa Mama ke UGD rumah sakit untuk mendaftar dalam antrian operasi. Tapi, sebelum itu Kami diberikan ruang perawatan dulu sambil menunggu jadwal Dokter Bedah Digestif. Karena kebutulan rumah sakit rujukan Mama tidak ada ahli Bedah Digestif. Berhari-hari Kami menunggu, Mama sudah melakukan pemeriksaan lengkap kembali USG, CT-Scan. Setelah sekitar seminggu akhirnya ada kabar bahwa hari ini Dokter yang ditunggu akan datang, tepat setelah sholat ashar dokterpun datang dan memeriksa. "okey, siap yah Buk'. Besok Operasi". Dengan rasa takut dan gemetaran Saya mengucapkan "alhamdulillah" karena yang ditunggu semigguan akhirnya tiba. Sekalian membuat dada Saya semakin tidak karuan. 
Tiba-tiba seorang perawat datang memanggil Saya. "De' Dokter mau bicara dengan Kita". Di tengah dada Saya yang tidak karuan, Saya lalu berjalan ke ruang perawat sambil bertanya-tanya "ada apalagi ini Ya Allah". Firasat Saya benar ternyata ada lagi yang lebih mengagetkan. Mama diputuskan untuk tidak bisa melakukan operasi di rumah sakit ini. Karena ada satu lagi pemeriksaan yang harus dilakukan karena dari pemeriksaan CT-Scan ada yang tidak jelas. Terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit yang menurut Saya waktu itu adalah hanya untuk orang-orang yang sakitnya sudah sangat parah. Ditempat itu juga didepan Dokter air mata Saya menetes "De' jangan nangis tidak apa-apa, cuman dipindahkan karena alat disini tidak ada, Mama tidak apa-apa. Disana juga lebih bagus alatnya kalau untuk Operasi".

Saya yang berjalan kekamar Mama, sambil menahan air mata. Akhirnya tumpah pada saat Saya menjelaskan ke Mama. Saya tidak lagi dapat membendung air mata depan Mama dengan keputusan Dokter ini. Kekuatan Saya, menjaga air mata berbulan-bulan didepan Mama akhirnya tidak bisa Saya tahan. Saya menangis sejadi-jadinya didepan Mama, mempertanyakan ujian Allah ini sampai kapan. Ditambah lagi pada saat kabar ini datang posisi Saya hanya berdua dengan Mama. Saya makin merasa sendirian, "dimana kalian semua sekarang, Saya dan Mama lagi seperti ini" gumam Saya dalam hati. 
Singkat cerita Kami pulang ke rumah. Layaknya orang-orang pulang dari rumah sakit harusnya bahagia. Ini justru terbalik dalam hati Saya "bagaimana nanti di rumah sakit itu yah ?
Saya belum pernah mengurus sanak saudara atau keluarga disana ? 
Bagaimana pemeriksaan Mama selanjutnya disana ?"
Untuk sedikit mengatasi kegelisaan saat mencoba mencari tau tentang Dokter Bedah Digestif. Lalu Saya menemukan bahwa Dokter Spesialis ini hanya ada 9 orang di provinsi ini. Dan di rumah sakit rujukan Mama ini ada beberapa. Tapi, kebetulan ada salah satu teman Mama yang suaminya pernah dioperasi oleh Dokter yang kebutulan meminta Mama dirujuk ke rumah sakit tempatnya memeriksa. Saya akhirnya sedikit merasa legah, karena teman Mama sudah bicara dengan Dokter yang akan memeriksa Mama nanti. Harinya tiba Saya menemani Mama ke rumah sakit tersebut Kami menunggu seharian akhirnya kami bertemu Dokter dan langsung menanyakan ini Keluarganya Pak Rahmat, "iya, Dok". Yang kemarin rujukannya Saya minta kesinikan. Satu bulan berjalan, hampir setiap hari Saya berdua Mama bulak-balik RS, karena ini rumah sakit terbesar di kota ini. Hanya satu pemeriksaan selesai sehari, begitu terus sampai hampir 2 bulan akhirnya Mama bisa melakukan pemeriksaan MRI. Hasil pemeriksaan MRI keluar sekitar 5 atau 6 hari, dari 2 bulan semenjak Mama dirujuk ke rumah sakit itu baru kali ini Kita bisa tinggal dirumah seharian. Biasanya setiap hari selama hampir 2 bulan, Kami berangkat jam 7 pagi dari rumah dan pulang jam 3 atau 4 sore. Selama pemeriksaan Mama hampir 2 bulan, Kami hanya sekali bertemu Dokter yang merujuk Mama kesini. Selebihnya Kami bertemu asisten Dokter atau Dokter lain.

Setelah hasil MRI keluar dan diperiksa oleh ahli Bedah Digestif, selanjutnya Mama diputuskan untuk bertemu Dokter Anastesi. Setelah Dokter Anastesi melihat hasil pemeriksaan, ternyata penyakit Diabetes Mama menggangu sehingga harus dinormalkan dulu. Dikirim lagi Kita pada Poli Spesialis Penyakit Diabetes setalah bulak-balik hampir seminggu, akhirnya normal. Kami diputuskan untuk pemeriksaan lagi di Poli Bedah Digestif, yang membuat Saya dan Mama bersyukur adalah katanya ada perubahan pada Batu Empedu Mama. Jadi, sebaiknya berobat saja dulu. Dengan Mata yang berbinar, Hati yang luar biasa bahagia. Sambil mengantri obat di apotik Saya tidak berhenti senyum-senyum sendiri. Rasanya seperti dada Saya yang selama ini ditimpah batu besar, telah diangkat hari ini. "Alhamdulillah"

Sekitar beberapa bulan berjalan akhirnya Kami bisa merasakan mudik lagi. Setelah pas lebaran Idul Fitri kemarin untuk pertama kalinya Kami memutuskan tidak mudik, karena konsidi Mama yang harus kontrol terus. 
Mama memang tidak lagi merasakan sakit pada area perutnya. Tapi, ada yang aneh karena satiap Mama ketemu keluarganya. Mama dibilang kulitnya menghitam dan kurus, "iya, hitam mungkin karena sering Saya garuk tidak tau kenapa Saya selalu gatal diseluruh tubuh".
Saya lalu memperhatikan, setiap hari bahkan dalam keadaan tidurpun Mama terus menggaruk sekujur tubuhnya, berarti ada yang salah ini. Saya mencoba menyampaikan ke Mama
"Ma' kenapa gatal terus ??"
"mungkin karena minum terus obat gula"
"Ma' nanti kalau kontrol sama Dokter Rudi, tanyakan rasa gatal yang dirasa. Siapa tau ada obat lain yang cocok"
"iya, nanti kalau Kita sudah pulang, dan Saya kontrol"

Belum sampai waktunya Kita pulang, karena libur semester belum selesai. Kami memutuskan pulang hari itu juga karena Mama secara tiba-tiba sakit perutnya kambuh. Saya tidak tau seperti apalagi hati dan kepala Saya, "kenapa ini ?? Ada apa lagi ini Ya Allah ?? Kenapa muncul lagi sakitnya ??"
Sesampainya dirumah, Saya lalu mempersiapan lagi semua berkas pemeriksaan Mama. Untuk besok dibawa ke Puskesmas, sesampainya di Puskesmas Kami sebenarnya ingin langsung meminta rujukan ke rumah sakit tempat Mama diperiksa terakhir. Tapi, kata pihak Puskesmas tidak bisa. Kita harus melewati dulu rujukan ke faskes rumah sakit setelah Puskesmas, kebetulan Mama dirujuk ke RS. ______ . Dan di rumah sakit itu ada saudara tetangga yang bekerja, bisa mengambilkan Mama nomor antrian. Sesampainya disana Kami bertemu dengan Dokter yang minta Kami untuk kontrol lagi. Dalam fikiran Saya, kalau hanya kontrol begini terus tidak akan ada jalan keluar. Akhirnya Saya memutuskan untuk berhenti dir umah sakit tersebut. Sekitar sebulan lebih berjalan, Saya memutuskan lagi untuk mencari tau tempat Dokter Ahli Bedah Digestif yang memeriksa Mama di rumah sakit beberapa bulan lalu. Melalui internet, Saya mendapat informasi bahwa salah satu rumah sakit tinggkat dua yaitu RS. __________. Memiliki dua Dokter Bedah Digestif yang secara bergantian setiap siang dan malam membuka Poli pemeriksaan di rumah sakit tersebut. 

Kami memutuskan untuk kembali meminta rujukan dari Puskesmas terdekat untuk ke rumah sakit tersebut. Dan "alhamdulillah" rujukan Mama betul-betul ke rumah sakit yang Kita inginkan. Siang itu juga Adik Saya, membawa rujukan Mama untuk didaftarkan di Poli rumah sakit itu. Belum sampai Adik Saya di rumah, tiba-tiba dikabarkan bahwa malam ini Poli Bedah Digestif tidak dibuka. Karena Dokter tidak datang. 
Keesokan harinya, Adik Saya lalu mendaftar lagi dan setelah sholat magrib Saya dan Mama lalu ke rumah sakit itu. Dan begitu kagetnya Saya dan Mama, karena ternyata Dokter yang akan memeriksa Mama adalah Dokter yang memang Saya harapkan. Dokter yang memeriksa Mama di rumah sakit nomor satu waktu itu. Kagetnya lagi Dia masih mengenali Saya, selain karena waktu itu Dia tau Kita keluarganya Pak Rahmat. Dia juga tau Saya karena waktu Kita pertama kali ketemu mungkin, ada kejadian yang Saya alami dan Saya lakukan didepan Dokter.
"ini yang sama Mama dulukan di RS. _______, bagaimana Mama ?? 
"ini Saya bawa Mama lagi Dok' "
"kenapa ?? (Dengan muka aneh seperti bertanya-tanya)
"Mama, tidak jadi dioperasi dulu Dok' di RS itu. Saya juga tidak tau bagaimana intinya tiba-tiba setelah pemeriksaan anastersi, lalu gula. Kembali ke Poli Bedah Diges, katanya ada perubahan sebaiknya minum obat saja".
Masih dengan muka aneh, bertanya-tanya. 
"kenapa berhenti paksa pemeriksaannya ?"
"tidak Dok, memang Dokter di RS itu sudah kasih resep obat katanya kalau sudah tidak sakit sudah selesai berarti. Tapi, ini berbulan-bulan Mama rasa gatal terus badannya sama badannya juga makin menghitam. Jadi, Saya putuskan untuk pemeriksaan lagi. Mau minta rujukan lagi ke RS yang dulu tapi sudah tidak bisa, katanya harus lewat RS tingkat ini dulu".
"Jadi mau ke RS sana lagi ?" (Dengan ekspresi muka bercanda dan sedikit ketawa tipis)
"Dok', apa tidak bisa di RS sini saja ? Capek Saya Dok' di RS sana. Sekitar 3 bulan Saya sama Mama kesana-kemari tidak ada kepastian. Kasihan Mama seharian full duduk tidak tau apa jalan keluarnya" (Saya yang berbicara dengan mata berkaca-kaca, yang seandainya mata Saya berkedip pasti air matanya sudah jatuh) 
"bagaimana disini tidak ada alat MRI ?"
"Mama sudah MRI Dok' disana waktu itu, apa tidak bisa pake hasil itu saja Dok' ?"
"mana hasilnya, bawa tidak ? Sini Saya lihat"

Saya melihat Dokter membuka segala macam berkas pemeriksaan Mama, dari USG, CT-Scan, MRI. 
"Nanti Jumat Mama, masuk lewat IGD minta ruangan. Sabtu pagi Operasi"
Saya yang dulu setiap mendengar kata operasi, dadanya seperti ditindih benda keras. Malam ini justru merasa lega, entah karena apa. Mudah-mudahan ini jawaban dari semua perjuangan Kami selama 2 tahun. 

Pada hari ini Saya kembali menunggu didepan ruang operasi. Dengan perasaan yang jauh lebih tenang, jauh lebih santai dari sebelumnya Saya menunggu Aji Tua dan Tante Saya. Saya berfikir mungkin karena ini sudah yang kesekian kalinya dan Allah selalu memberikan hasil terbaik setiap kali ada kata Operasi dalam keluarga Kami. 
Mama masuk ruang operasi sekitar jam 10pagi, hingga pukul 12 lewat masih juga belum ada kabar atau tanda-tanda operasi Mama selesai. Setelah melakukan sholat Dhuhur, mulailah dada Saya menjadi sesak, kepala seperti orang keliyengan, pusing dan melayang-layang. 
"ada apa ini ?? Kenapa lama sekali Mama operasi ?? Perasaan kemarin Tante dan Aji Tua sebentar doangk. Ada apa Ya Allah"
Kalimat-kalimat itu terus berputar dikepala Saya, sampai Say tak sadar terduduk dilantai tepat depan pintu ruang operasi. Beberapa keluaraga menghampiri Saya, dan juga duduk didekat Saya. Mereka juga tidak ada yang berkata apa-apa hanya duduk terdiam menatap pintu ruang operasi. Saya juga memilih untuk tidak berkata apa-apa karena, takut jika Saya justru menangis. Sampai akhirnya waktu sholat ashar tiba, Saya memutuskan untuk segera ke musholla rumah sakit untuk sholat. Dengan sholat Saya bisa menumpahkan rasa sesak didada Saya, Saya juga bisa meneteskan air mata Saya sedikit tanpa dilihat orang.
Setelah sholat Saya bergegas. Dan "alhamdulillah" keluarga Saya mengabarkan kalau Mama sudah dipindahkan di ruang ICU, tapi belum bisa dijenguk nanti sekitaran jam 5. Dan harus masuk secara bergantian.
Terimakasih Ya Allah

Sebenarnya ada beberapa cerita yang singkat keruwetan dan kerepotannya. Seperti sebelum masuk rumah sakit hari jumat itu ada beberapa yang harus diurus dipuskesmas. Belum lagi beberapa Dokter atau Klinik Praktik yang Kami datangin untuk mencari jawaban sakit Mama yang sebenarnya.
Saya selama Mama di RS dan Kontrol kiri kanan, Saya memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Masuk sekolah kadang seminggu 1kali, seminggu 2kali. Bahkan pernah hampir full tidak masuk. Saya juga waktu itu sudah pasrah kalau pihak sekolah memutuskan untuk mencarikan Saya penganti. 
Selain itu Saya juga mau bilang Terimakasih untuk beberapa teman yang sudah memberikan waktunya menggantikan Saya, dalam setiap kelas yang tidak Saya hadiri.

21 Februari 2019

Sebulan lebih sehari. Ehh,, hampir 2 hari deh, krna ± 2jam lagi sudah 22 Februari 2019

"Alhamdulillah"
Semakin membaik. Sedikit demi sedikit mulai melakukan aktivitasnya lagi. 
"Tidak boleh Full yah Mamakee"
"Selama Saya masih bisa mengerjakan, selama Saya masih ada"
"Kalau Saya tidak adapun, tolong kerjakan yang semampu Kita. Yang sering Saya tegurkan jangan !! yang berat-berat jangan"
"Kalau tdak ada yang mau kerjakan biarkan seperti itu"
Seperti itulah kira-kira isi pesan Saya kepada Mama setelah Dia melakukan operasi sebulan lalu. Tapi, pesan ini tidak Saya sampaikan secara langsung. Kalau tidak salah Saya memasangnya lewat Story Whatsap, yang kemudian Saya meminta Adik bungsu Saya untuk meminta Mama membacanya. Karena Saya tidak tau bagaimana menyapaikannya, karena semenjak operasi itu Mama sekarang lebih sensitif.
Dokter memang pernah menyampaikan kepada Saya bahwa "Nak' banyak sabar yang, karena biasanya itu setelah operasi orang akan lebih cepat marah, dan tersinggungan".
Tante Nuri juga pernah menyampaikan hal yang sama
"Nak' bagaimana Mama ??"
"alhamdulillah, sudah baik Tante. Sudah bisa jalan-jalan dan beraktifitas sedikit. Walaupun masih ada selang dan kantung diperutnya"
"Nak' harus belajar ikhlas yah, urus Mama. Harus banyak-banyak sabar dan istigfar karena setelah operasi itu Batu Empedu itu. Biasanya orang jadi sensitif, apa-apa marah, apa-apa jengkel. Kasih tau Bapak sama adek-adek juga".
Seperti itulah kira-kira obrolan Saya dengan Dokter dan Tante Nuri yang berpengalaman dibidang ini. 
Makanya sebulan ini Saya lebih memilih untuk selalu mengiyakan dan mengamati apa yang terjadi disekeliling. Saya takut untuk menyampaikan pendapat apalagi berargument dengan orang-orang dirumah, karena takut Mama yang merasa.

2 hari lagi, Saya pamit liburan yah mamakee. Ingat paket liburan Saya ini, awalnya tidak mau Saya ambil karena mempertimbangkan kondisi Mama yang belum stabil. Akibat operasi bulan lalu. Tapi, diam-diam Mama yang mengiyakan. Kenapa bisa Mama yang mengiyakan, padahal inikan paket liburan sekolah ?
"Mama, juga baru dapat informasinya minggu lalu. Katanya dari Kepala Sekolah PAUD Insan Manfaat yang merupakan salah satu sekolah dari Rumah Gerakan Berbuat Baik (RGBB). Bahwa ada beberapa Tenaga pengajar dari beberapa Yayasan yang akan diajak liburan ke Bali, salah satunya anaknya Kita. Tapi, Dia tidak mau karena katanya Kita baru habis operasi.
Mama juga merupakan salah satu anggota dari RGBB, jadi sedikit banyak Mama tau orang-orang dalam lembaga tersebut. Dari Merekalah Mama dapat informasi itu dan langsung "Mengiyakan" tanpa memberitahu Saya. "daftarkan saja namanya Ibu, nanti Saya kasih tau Dia. Saya sudah bisa beraktifitas sekarang, sudah bisa kerja pelan-pelan. Dia butuh liburan itu, kasihan Dia berbulan-bulan urus Saya terus".
Begitulah kira-kira inti percakapan Mama dengan temannya.

Sebenarnya liburan ini ditawarkan pihak Yayasan kepada Saya, tepat hari pertama Saya masuk sekolah setelah izin untuk jagain Mama di rumah sakit sekitar semingguan lebih. Tapi, Saya memilih  untuk merahasiakan dan tidak menerimanya karena tau pasti Mama akan terima dan mengizinkan Saya liburan. Padahal Saya belum tau bagaimana kedepan kondisinya paska operasi.

Namun, jauh dilubuk hati Saya. Saya sebenarnya memang sudah sangat ingin liburan 2 tahun ini rasanya berat sekali. Sumpek sekali, rasanya ujian tidak berhenti-berhenti untuk keluarga Kami. Setelah operasi Mama berhasil sebenarnya liburan sudah Saya rencanakan. Saya pokoknya harus liburan tahun ini. Kemanapun itu !! 

Tapi, masih Saya fikirkan waktunya karena melihat kondisi Mama. Saya liburan setelah Mama betul-betul sehat deh, atau paling tidak Mama tidak harus kontrol lagi ke rumah sakit. Begitu Saya ditawarkan dari Sekolah untuk liburan ke Bali, Saya senangnya luar biasa. Mungkin ini jawaban doa Saya, yang Saya rencanakan untuk liburan.
"Tapi, kenapa dikasih sekarang Tuhan ?? Mama Saya belum sembuh total. Kontrolnya di rumah sakit juga belum selesai".
Sekitar kurang lebih 3 harian Saya memikirkan ini, "kenapa sekarang tuhan ? Tidak bisa diudur tuhan sampai Mama sehat, atau paling tidak Mama selesai kontrol". Ini terus berputar dikepala Saya, sampai pada hari dimana keputusan Saya dipertanyakan lagi pihak sekolah. 
"Bagaimana mau ikut liburan ?"
"tidak deh kayaknya Kak'. Soalnya Mama baru beberapa hari pulang kerumah setelah operasi, kasihan".
Begitulah kira-kira jawaban singkat Saya menolak, perjalanan yang selama ini Saya mimpi-mimpikan. Karena Bali adalah salah satu tempat yang ingin Saya kunjungi dari beberapa list daerah yang menarik menurut Saya. Dengan hati penuh tanya, "benar tidak yah, Saya menolak ini. Apa bisa nanti ada tawaran seperti ini lagi". Sebelum melangkah keluar dari sekolah hari itu, Saya yakinkan hati Saya atas pilihan penolakan itu. Karena kalau tidak sesampainya dirumah akan terlihat ekspresi Saya yang tidak baik-baik saja. Dan Saya tidak mau Mama melihat itu. 

Perjalan ke Bali saya lupakan, Saya kembali fokus mengurus Mama. Dan benar adanya kesabaran Saya diuji, keikhlasan Saya diuji. Mama menjadi super duper sensitif akan semua hal. Semua hal yang saya lakukan seakan tidak ada yang benar, Saya selalu dipersalahkan atas apa yang terjadi. 
Fikiran Saya Super Penuh
Lelah Saya Puluhan kali Lipat 
Sedih Saya jangan ditanya
CemburuKuu apalagi
Saya selalu merasa sendirian. Beberapa minggu ini Saya sering sekali menangis sendirian. Seperti merasa diri Saya tidak dianggap. Saya mempertanyakan "inikah jawaban atas penolakan liburan Saya untuk merawat Mama. Kalau tau begini mendingan Saya menerima untuk berangkat ke Bali".
Beruntungnya Saya sebelum semua terucap lisan dan terdengar sama Mama, Saya lalu teringat pesan Dokter dan Tante Nuri. Yang sudah menjalaskan hal ini kepada Saya, jadi ketika merasa kecewa Saya bisa membawa ke Kata "memang begini, Mamakan habis operasi"
Terimakasih Dokter dan Tante, sudah memberi tahu Saya diawal. Kalau tidak, Saya tidak tau mau membawa kemana semua ini. 

"ini hanya sementara, karena Mama habis operasi. Tenang !!"

Pukul 10.15am tanggal 21 Februari 2019
Tiba-tiba handphone Saya berbunyi. Saya tipekal orang kalau hanya Chat dan bukan telfon, Saya suka menunda-nunda untuk mengambil atau mengecek handphone. Apalagi kalau Saya memang lagi tidak memegangnya. "cuman chat, tunggu dulu deh. Selesaikan pekerjaan ini dulu".
Beberapa menit kemudian Saya baru membuka, dan ternyata itu adalah chat dari sekertaris RGBB yang meminta untuk difotokan KTP Saya. Karena mau memesan tiket untuk keberangkatan ke Bali. Saya membaca itu tidak langsung membalas, malah langsung mempertanyakan ke Mama Saya. 
"halo Ma'.. Siapa yang kasih nomor Saya ke Tante Marni. Kenapa katanya Saya masuk daftar perjalanan ke Bali padahal Saya tolak"
"oh,,  Saya lupa kasih tau. Itu Mama yang daftar lewat Bunda Hj. Upi minggu lalu"
"ih,, kenapa didaftar kontrolnya Kita belum selesai. Itu saya tolak karena belum sepenuhnya sehat".
"Berangkatlah, Mama sudah sehat. Mama tau kondisi badannya Mama, kalau tidak bisa dikerjakan. Pasti berhenti. Mama tau apa yang bisa dikerjakan dengan konsisi Mama sekarang dan apa yang tidak"
Saya yang dalam kondisi berdiri langsung terduduk diam. Mau nangis tapi malu banyak orang. Mungkin ini rencana dan jawaban Allah atas doa-doa Saya. Ternyata rencana-Nya Lain, Saya dikasih Paket Liburan sekarang.
Alhamdulillah !!!
Tuhan tau kapan sebenarnya waktu yang Kita butuhkan untuk liburan.
Tuhan pasti kasih kalau memang sudah waktunya. 
Tuhan melihat seberapa besar usaha dan kesabaran Saya, atas ujian ini. 
Tuhan tau segalanya, semua terjadi atas izinnya.

Setiap Kita merasa sumpek dan lelah. Sebenarnya Kita bukan butuh Liburan, tapi butuh Kepercayaan Lebih atas ketetapan Allah. 

Mudah"an Saya bisa lebih Sabar setelah liburan, lebih tenang, lebih happy

LoVe You MamaKe
LoVe You BapakKe
24 Februari Saya berangkat !!! 


Cat:
Saya memanggil orang-orang dalam lembaga atau Yayasan dengan Panggilan Tante atau Bunda. Karena jauh sebelum Saya bergabung dan masuk dalam Yayasan, Saya sudah mengenal Mereka. Dan Mereka juga tidak mau dipanggil dengan sebutan Ibu seperti kadang para petinggi-petinggi di sebuah Lembaga atau Yayasan. Mereka lebih nyaman dipanggil Bunda.
Panggilan Ibu itu terlaluuu ah sudahlah.. 
Apalagi untuk Kepala Yayasan Saya di BF, senangnya di Panggil Kakak atau Bunda. Tidak mau dipanggil Ibu. Bahkan di beberapa usahan yang didirikan juga Pegaiwanya tidak memanggil Dia Ibu atau Bos. Mungkin itu juga sebabnya Kami senang ngobrol dan bicara santai dengan Beliau-beliau 😊