Rabu, 17 Februari 2021

Anak Pertama

12:16pm, 29april2017

Pagiiii...... Bismilalhirahmanirahim
Seperti biasa krna hari ini hari libur segala aktifitas terburu-buru dipagi hari dibuat sesantai mungkin dikamar.

Oh iya,, salah lupa nama Saya Shafeyya. Saya anak pertama dalam keluarga ini dan Saya memiliki beberapa orang adik. Dari namaku kalian pasti sudah tau kalau Saya ini perempuan. Ada beberapa teman mamanggil Saya perempuan super happy dan tidak punya masalah atau kegelisahan. Kalau dilihat secara langsung sih, Saya memang seperti itu. Apa-apa selalu Saya bawa santai apapun itu. Tapi, coba tanyakan Saya pada tembok kamarku. 😂😅

Hari ini Saya mau bertanya tentang Anak Pertama dalam keluarga. Tapi, mau bertanya pada siapa ?? 
Rata-rata teman-teman Saya anak adalah anak kedua, kalau bukan ketiga. Posisinya Mereka semua adalah Adik, jadi mau bertanya sama siapa.

Menjadi Anak Pertama
Ada yg tau posisi apa itu ???
Bagaimana kehidupannya ???
Bagaimana Dia menikmati hidup ???
Bagaimana Dia seharusnya terhadap orangtuanya ???
Bagaimana Dia terhadap adik-adiknya ???
Apa perannya dalam keluarga ???

Diakah sumber informasi terbesar dalam keluarga. 
Diakah yang harus menjadi penyampai teguran pada semua keluarga.
Diakah yang harus berperan aktif dalam keluarga.
Diakah yang harus penyeimbang dalam keluarga.
Pokoknya semua hal dalam keluarga harus Dia tau dan harus bisa dikendalikan. Karena saat ini, Saya merasa seperti itu. Sepertinya seluruh beban dan kepentingan keluarga disimpan dipundaknya

Ketika Bapak ingin menasehati Mama tapi Dia masih segan dan menghindari pertengkaran/perbedaan pendapat. Pada Anak Pertamalah semua diceritakan, berharap Anak Pertama menyampaikan pada Mama.
Ketika Mama menginginkan sesuatu hal, pada Anak Pertamalah Dia menceritakan keinginannya, berharap Anak Pertama menyampaikan pada Bapak.

Ketika adik-adik yang melakukan kesalahan Bapak enggan menegurnya secara langsung berharap Mama yg harus menegurnya. Karena Bapak tipekal orang yang kalau marah tidak akan menegur dengan kata. Tapi, cukup lihat ekspresi dan sikapnya. Kalau Saya seperti itu membacanya, ketika masuk rumah atau Dia duduk diam dan melihat dengan tatapan keras kepada Saya. Berarti saat itu Saya melakukan kesalahan. 
Lain lagi kalau tipikal Mama, ketika Dia marah dan kecewa. Saya pasti langsung tau karena Mama akan langsung ngomel dan menyampaikan. Bahkan terkadang Dia tidak melihat dalam kondisi dan keadaan seperti apa Dia akan langsung menyampikan ketidaksukaan atau kemarahannya. Sikap Mama ini yang kadang membuat Saya malu atau kecewa, Saya berharap ditegur atau disampaikan secara baik-baik tidak didepan orang-orang secara langsung. Tapi, tidak apa-apa ini sudah menjadi pemakluman bagi Saya. Karena diusia segini Saya sudah paham karakter Mama yang ini.

Karena karakter Bapak yang tidak bisa marah dengan kata atau tindakan. Sering sekali Bapak berharap Mama menyampaikan teguran Bapak kepada Adik-adik. Tapi, ketika teguran tidak disampaikan Mama. Hal tersebut kadang Mama tidak sampaikan karena apa yang ingin disampaikan Bapak, sudah disampaikan Mama sebelumnya. Dan Mama adalah tipikal orang kalau apa yang membuat kecewa dan marah sudah disampaikan sekali lalu tidak didengarkan Dia tidak akan mengulanginya lagi. Baginya Mama, kalau sudah besar, sudah paham dengan satu kali teguran. Tapi, kadang bagi Bapak tidak seperti itu. Harus diulangi terus supaya Kita jauh lebih mengerti dan tidak mengulanginya lagi. Setelah tidak ada respon dari Mama, Bapak akan beralih lagi ke Anak Pertama karena kepada Anak Pertama lagilah Bapak menyampaikan, berharap Anak Pertama yang menyampaikan kepada Adik-adik. 
Hal seperti ini sering sekali terjadi, Bapak beranggapan bahwa Mama membela anak-anaknya dalam keadaan salah. Padahal sebenarnya tidak, hanya saja Mama tidak menyampikan lagi karena sudah disampaikan sebelumnya. 

Dan inilah sumber masalah lain yang paling sering muncul. Ketika Adik-adik membuat kesalahan sudah dimarahi Mama, Lalu tiba-tiba Bapak juga marah lagi kepada Mereka. Mama seakan membela tanpa henti tak rela jika Bapak memarahi anak-anaknya lagi. Bagi Mama kalau sudah Saya yang memarahi mereka. Jangan lagi Bapak ikut Marah, karena kasihan anak-anak tidak ada lagi pelarian. Beberapa kali hal ini terjadi karena memang Adik melakukan kesalahan yang terus diulang-ulang hingga Bapak juga tidak bisa diam lagi seperti biasa. Apalagi jika kesalahan itu berupa kebohongan atau ingkar janji. Misal, janjinya pulang harus sebelum magrib. Tiba-tiba pulangnya lewat, bahkan pulangnya bukan lewat lagi. Tapi, kelewatan bahkan sampai jam 10 atau 11 malam kalau hal seperti janji dan kebohongan Bapak tidak bisa toleril hal itu. Marahnya akan ikut dengan kata, bukan cuma ekspresi lagi seperti biasanya. Untuk Adik-adik tak sadar kalian selalu menjadi orang yang membuat Bapak dan Mama berargumen keras satu sama lain ?? 

(Surat Untuk Adik-adik Saya)
De' Saya jadi teringat beberapa tahun lalu..
Alasan Saya meningalkan kegiatan maupun organisasi.
Yah,, hanya karena alasan ini berada dalam dunia organisasi itu membutuhkan waktu yg banyak
Sementara pemikiran kedua orang tua Kita mengenai dunia luar apalagi dimalam hari
Itu penuh dengan ketakutan dan kecurigaan Bapak dan Mama
Masalah terus muncul ketika Saya terlambat pulang
Bapak dan Mama sering tidak bicara karena Saya yang melakukan kesalahan
Belajar dari ini Saya tahu orang tua Kita dan orang-orang lain berbeda
Saya bukan menyeruhmu meninggalkan Dunia Organisasi seperti Saya
Saya hanya meminta ikuti aturan main yg telah ditetapkan dirumah
Aturan itu bukannya kamu telah melaluinya bertahun-tahun
Kenapa sekarang Kamu tidak bisa memenuhinya ??
Kembali ke rumah sebelum Magrib !!
Hanya itu Saja yang Bapak dan Mama tekankan kepada Kita semua, kalaupun harus ada yang diurus harus lewat dari jam Magrib
Telfon atau sampaikan sebelum Kita berangkat dipagi hari. Karena Bapak dan Mama juga masih kasih keringan sampai jam 9 malam bukan. Yang penting Kita sudah isin dari awal. 
Kalau beralasan, mana bisa menentukan waktu. Kita ini bukan yang mengatur waktu untuk kuliah atau rapat tiba-tiba. "iya, memang bukan. Tapi, bukankah juga sudah dikasih keringanan sampai jam 9 malam". Ini Saya hanya bercerita yah, bukan memaksa untuk mengikuti. Saya hanya memberi gambaran (dulu ketika Saya, ada kegiatan kuliah atau apapun itu diatas jam 9 selesainya. Saya memilih untuk tidak ikut dan milih pulang)
De' mungkin Saya sesensitif ini, karena kondisi Mama yang tidak sehat. Tolong jangan tambah beban fikirannya.
Saya tidak bisa memastikan isi fikiran Anda sekarang ini. Mungkin, ini mungkin yah. Pasti pernah terbesit dalam fikiranmu "aduh, repot banget sih. Capek deh dengan aturannya".
Saya hanya ingin menyampaikan. Ketakutan Mama dan Bapak ini beralasan. 
Merekalah yang menjaga Kita sampai sekarang ini, Mereka tidak akan mungkin membiarkan sesuatu terjadi kepada Kita. Dan dunia luar itu apalagi di malam hari, tidak ada yang bisa menebak atau memprediksi kejadian yang akan terjadi.
Tidak ada aturan lain yang Mama dan Bapak tetapkan kepada Kita, kecuali waktu !!
Masa hanya satu ini saja tidak bisa Kita penuhi.

Sebelum kemarahan Bapak memuncak. Saya sebenarnya sering menegur kaliankan setiap kali melakukan kesalahan. Kalau boleh jujur sebenarnya itu, Saya sudah menyaring semuanya dari lama. Setiap Melakukan kesalahan pasti Bapak cerita sama Saya. Saya sudah tau pasti Bapak minta Saya menyampaikan, tapi masih Saya tahan-tahan karena Saya juga tau sebenarnya ini bukan kapasitas Saya untuk menyampikan. Ini sebenarnya kapasitas Orangtua Kita, tapi taukan Bapak seperti apa orangnya. Marahnya tidak akan mungkin bersuara kalau Kita tidak keterlaluan
Dan akhir-akhir ini kayaknya sudah menjadi puncak Saya juga menyaring dan menahan semuanya, karena Adik terus melakukan kesalahan yang sama secara berulang. Sementara kondisi Mama juga tidak sehat. Saya akhirnya menengur dengan kalimat yang super panjang dan suara super keras untuk pertama kalinya.
Maaf untuk sikap Saya itu !!!


Begitulah kira-kira tugas Saya sebagai Anak Pertama. Tapi, Saya menjalaninya dengan senang hati. Karena kemana lagi Mereka akan bercerita kalau bukan kepada Saya sebagai Anak Pertama mereka, belahan jiwa dan rasa pertama Mereka. Namun, yang paling berat lagi bagi Saya sebagai Anak Pertama.
Begitu Anak Pertama menyampaikan apa yang disampaikan atau apa yang dipahami dari cerita keluarga.

Kamu itu selalu membela Bapak
Kamu itu selalu membela Mama
Kakak Kamu itu terlalu repot Bapak dan Mama saja tidak pernah komplent ini dan itu

Kalau begini Saya sebenarnya bingung harus menjawab apa. Karena tidak mungkin Saya menceritakan full apa yang diceritakan kepada Saya. Karena pasti akan ada lagi argumen.
Kenapa tidak langsung Bapak cerita/kasih tau Saya ??
Kenapa tidak langsung Mama cerita/kasih tau Saya ??
Kenapa Bapak dan Mama tidak pernah kasih tau Saya ??
Kalau untuk pertanyaan ini, Saya juga lagi mencari tau jawabannya. Karena terkadang Saya juga bingung dan ingin langsung mengatakan kepada Mereka semua. 
Kenapa tidak Kita yang sampaikan langsung ??
Kenapa ceritanya harus pada Anak Pertama ??
Kenapa Anak Pertama seakan sebagai pemegang kontrol komunikasi ??
Saya bahkan kadang terdiam dan meneteskan airmata. Sambil mempertanyakan semuanya sendiri. Karena tidak jarang apa yang Saya sampaikan kepada Meraka justru memperoleh tanggapan yang menyakitkan hati Saya. 
Kemana Anak Pertama harus bercerita, tidak taukah Kalian. Anak Pertama juga butuh untuk didengarkan ceritanya. Kami para Anak Pertama juga punya pesan untuk disampiakan kepada Kalian. Hanya saja Kami Anak Pertama menahan. Karena tidak mungkin Kami bercerita kondisi Kami kepada Kalian yang sudah memiliki masalah juga.
Kami Anak Pertama memilih Menahan walaupun tidak Mampu
Kami Anak Pertama memilih Kuat walaupun Kami Lemah
Kami Anak Pertama memilih Tertawa walaupun sebenarnya Hati Kami Menangis

Bagaimanakah seharusnya Anak Pertama bersikap ??
Haruskah Anak Pertama menutup mata dan telinga agar tak terdengar Kamu membela siapa !!
Haruskah Anak Pertama menutup mata dan telinga dengan cerita kalian !! 
Haruskah Anak Pertama mendengarkan lalu Diam !! 


Siapa yg salah Orangtuakah yang terlalu membuka semua.y pada Anak Pertama ??

Untuk sementara Saya menguatkan diri Saya dengan kalimat ini "Mungkin bagi orangtua, Anak Pertama adalah orang yang bisa melihat waktu yang tepat untuk menyampaikan hal ini". Karena yang pegang teguh orangtua Saya  tidak pernah salah. Mereka adalah orang-orang hebat dalam hidup Saya. 

Orangtua adalah orang pilihan Allah yang terbaik untuk Kita anak-anaknya.

Akhir-akhir ini Saya akhirnya mendapat jawaban dari beberapa pertanyaan Anak Pertama.
Kenapa harus semua selalu Anak Pertama yang menjadi tempat berbagi cerita dan tumpuan komunikasi dalam sebuah keluarga ??
Karena....
_Anak Pertama adalah penikmat kasih dan cinta pertama secara penuh dalam keluarga sebelum dibagi keadik-adik
_Anak Pertama adalah orang pertama yang diperjuangkan orangtua dalam hidup secara penuh
_Anak Pertama adalah orang pertama yang dipenuhi segala keinginan secara sempurna tanpa ada pembagian
Semua yang dimiliki Orantua diberikan secara penuh kapada Anak Partama.

Jadi, kenapa Saya harus bersedih dan kecewa. Jika, tanggung jawab, beban dan masalah dilimpahkan kepada Kami Anak Pertama. Ini adalah pertanda bahwa kedua orangtua Kami Anak Partama memberikan kepercayaan lebih terhadap Anak Pertama.

Kenapa juga baru sekarang mempertanyakan hal seperti itu, bukankah sudah sejak dulu Kita Anak Pertama juga sudah menjadi tameng untuk Adik-adik Kita. 
Pasti Kita sering mendengar Kalimat ini
"Aduh, Kakak jangan Ganggu Ade'"
"Kenapa lagi itu Ade', bisa Nangis Kakak ??"
"Kakak ini selalu bikin berantakan mainan"
Setiap ada kejadian yang buruk dan Kita sedang bersama Adik selalu Kakak menjadi Kambing Hitam Orangtua, untuk menenangkan Adik. 
Inilah salah satu mungkin kesalahan Orangtua Kita dulu. "Ehhh Salah, bukan kesalahan". Tapi, ketidak tahuan Orangtua tentang tanggung jawab yang harus diajarkan sejak dini kepada semua anak-anak. Jangan beralasan "Si Adik, masih kecil belum tau apa-apa". Kalimat ini akan membuatnya tidak bertanggu jawab hingga Dia tumbuh dan besar nanti.
Adik akan terus mencari tameng untuk kesalahan-kesalahannya dan akan selalu merasa benar. 
Adik akan selalu merasa setiap tidak apa-apa melakukan kesalahan nanti juga dibela.

Saya paham semuanya sekarang. Kenapa Anak Pertama harus dituntut lebih kuat tanggung jawabnya. 
Saya Anak Pertama !!
Yang memang harus memegang tanggung jawab penuh, karena Saya di beri Mahkota yaitu "KAKAK"
Saya Anak Pertama !!
Yang memang harus memegang tanggung jawab penuh, karena orang tidak memanggil Orangtua Saya dengan nama Adik-adik Saya dibelakangnya. Tapi, dengan Nama Saya di belakangnya Bapak dan Ibu dari Anak Pertama.

Namun, jika Anak Pertama boleh meminta untuk orangtua atau calon orangtua:
Mari belajar membagi tanggung jawab Anak Pertama. 
Mari belajar memdengarkan isi hati Anak Pertama
Mari belajar tidak menuntut hal yang lebih pada Anak Pertama
Anak Pertama memiliki moodswiing yang harus diperhatikan

Nanti Saya tulis tentang MoodSwiing Anak Pertama yah... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar