Jumat, 12 Februari 2021

Memandang Orang Lain

Assalamualaikum...
Perkenalkan namaKuu Natusyah
Siang ini kebetulan ada acara kecil-kecilan dirumah Kami. Ini adalah bentuk rasa syukur Kami sekeluarga karena ada beberapa pencapaian yang telah Kami raih. Sudah sekitar semingguan lebih rumah Kami dipenuhin sanak keluarga dekat yang datang membantu untuk membuat hidangan acara Kami hari ini. Saya bersyukur karena keluarga dari Ayah dan IbuKuu kebetulan masih memiliki sikap gotong-royong dan saling bahu-membahu jika ada salah satu keluarga Kami yang butuh bantuan. Bersyukurnya Saya ada dalam keluarga ini. Terimakasih Allah

Singkat cerita, hari ini tibalah beberapa tamu undangan datang. Kami langsung mempersilahkan para tamu untuk menikmati hidangan yang telah Kami sediakan secara Prasmanan. "Silahkan Om, Tante ambil makanannya".
Hari ini benar-benarkan melelahkan bagi Kami, terutama untukKuu mungkin dari pukul 09.00 sampai sore. Saya terus melayani tamu yang datang di meja prasmana, Saya hari ini cuma sekali makan. Saking tidak sempatnya Saya hanya makan pas siang Saja. Eh,, lupa Saya juga sempat makan malam harinya lalu membersihkan dan tidur. 

Keesokan harinya Saya bangun dalam kondisi badan yang super sakit. Seperti habis dipukulin, apalagi betis kaki seperti mengeras. Mungkin ini efek kemarin seharian berdiri dan berjalan menyetok persedian makanan di meja prasmana. "kalau begini Saya tidak bisa kemana-mana dong hari ini, istirahat aja dulu deh besok jalan-jalannya", gumam saya dalam hati. 
Hari ini rumah sudah dalam keadaan sunyi. Tidak ada lagi sanak saudara dan keluarga yang mundar mandir, kayak setriakan. Terimakasih untuk waktu kalian beberapa hari ini. 

Yehh.. Akhirnya hari ini bisa jalan-jalan setelah hampir 2 mingguan dirumah. Ngurusin segalam macam persiapan acara, udah kayak IO acara sibuknya minta ampun. Hari ini Saya jalan-jalan kebetulan diajak teman Saya, karena Saya memang bukan tipe orang yang hobby nongkrong tidak jelas hanya untuk nikmatin makan, minum lalu pulang tanpa ada tujuan atau pencapaian. Saya lebih memilih untuk berbaring dikamar nonton, mendengar kisah atau cerita. Tidak membaca cerita yah, karena Saya memang tidak suka membaca. Saya lebih suka mendengar dan melihat dalam mencari inspirasi menulis. Makanya kalau ada orang yang bercerita Saya senang sekali mendengarkan dan menyimak ceritanya. Karena kadang Saya bisa menjadikan kisah orang yang Saya dengar dalam karya tulisan Saya. 

Seperti kisah ini sekarang Saya tulis sebenarnya akibat nguping pembicaraan sekumpulan keluarga yang tengah nongkrong juga tadi disalah satu meja di samping tempat Saya dan teman Saya tadi ngumpul. Kenapa Saya tertarik untuk menulis kisahnya karena menurut Saya Mereka itu lucu dan sekaligus mengherankan serta membuat Saya dan teman Saya jengkel. 
Kami merasa jengkel dan marah karena tempat itu adalah tempat umum bukan milik pribadi mereka, bukan halaman atau taman belang rumah Mereka. Tapi, suara meraka seperti Mereka pemilik pribadi Kafe. Sementara Saya dan teman-teman serta pengunjung Kafe yang lain hanyalah patung tanpa telinga. Yang buat Saya dan teman-teman makin aneh karena Meraka menceritakan masalah hubungan keluarga mereka dengan keluarga mereka sendiri yang lain.

Aneh menurut Saya karena Ibunya menceritaikan keburukan sanak saudaranya kepada anak-anaknya. Sementara anak-anaknya tidak memberi tahu atau menjelaskan pada Ibunya, tapi malah Mereka juga ikut menambah dan membenarkan apa yang Ibunya katakan.

Dikepala Saya langsung berputar, bagaimana kondisi keluarga Saya kemarin kalau sanak keluarga Saya seperti itu. Baru kemarin Saya melihat bagaimana keluarga itu sebenarnya dan sesungguhnya. Hari ini dibantahkan dengan ada keluarga yang seperti ini. Rasa terimakasih Saya sama Allah makin memuncak "Terimakasih untuk menitipkan Saya pada keluarga yang saling memahami dan saling tolong menolong, jika ada satu diantara Kami yang khilaf mohon untuk diluruskan lagi jalannya. Dan bantuk keluarga Kami yang lain memahami kondisinya agar tidak terjadi perselisihan yang berkepanjangan,  Aamiin".

Ibun: Tante X kenapa itu kalau lihat Mama kaya ada sesuatu deh. (sambil mengernyitkan kening) 
Anak-anak Kompor: Iya, kalau lihat Saya juga begitu. Kayaknya Dia hanya pura-pura baik, karenakan banyak keluarga yang lain datang. 
Ibun: Tidak, suka sama Kita itu. Kalau tidak suka harusnya tidak usah datang kerumah cari muka saja. 
Anak-anak Kompor: Matanya kayak sisi TV ngawasin Kita terus. Mam, pas pulang bawa tentengan dongk. Kayaknya ambil makanan terus dikantongin kresek.

Mereka lalu tertawa bersamaan, tawa Mereka memenuhi seluruh ruangan Kafe. Sampai semua pengunjung menengok kearah mereka. Mereka lalu menengok kearah pengunjung lain yang melihat Mereka, dengan senyum tipis lalu kembali bercerita. 

Anak-anak Kompor: Saya juga dengar, pas mau ngambil piring Mereka cerita tentang Mama. Yang katanya nggak pernah turun manggil tamu. Pokoknya Mereka banyak nyeritain Mama sama yang lain. 
Ibun: Sirik saja itu Mereka
Anak-anak Kompor: Pasti nanti sebentar kalau Kita pulang dan masuk pagar rumah nih, Mereka cerita tentang Kita lagi. Tadi saja waktu Kita semua keluar Mereka sudah ngintip dan ngelihat-lihatin Kita. 
Ibun: Iri bilang Bos. 
Lagi dan lagi disambut dengan tawa menggelegar mereka semua.

Saya yang harusnya ngumpul dan happy-happy bersama teman-teman. Malah menguping pembicaraan Mereka karena Mereka tepat duduk di belakang kursi Saya. Teman Saya sudah menyarankan untuk pindah meja atau sekalian pindah Kafe. Tapi, bagaimana makanan belum juga datang kita baru saja menyelesaikan orderan pesanan ketika Mereka sekeluarga datang. Saya sambil bercanda, nikmatin Saja hitung-hitung Kita dapat dongeng atau bahan tertawaan atau pembahasan di perjalanan pulang atau di grup nanti malam. Kata-kata Saya disambut tawa cekikikan teman Saya, kerena tidak mau dianggap sama dengan Mereka yang tidak bisa melihat kondisi sekitar untuk bicara dan tertawa.

Sementara Saya yang sudah dari tadi mengamati pembicaraan Mereka dengan hati yang geram sebenarnya. Ini keluarga tapi kenapa begini, ingin rasanya Saya mengatakan apa yang Saya rasakan kemarin. "Kalau bukan karena keluarga yang bantu entah bagaimana acara kemarin, atau entah bagaimana kondisi tubuh kelelah Saya". Sama seperti Mereka juga pasti, tidak mungkin acara Mereka berjalan kalau tidak ada keluarga Mereka yang saling bantu.

Kalau keluarga Kalian cemburu terhadap Kalian tidak mungkin Mereka mau datang capek-capek membantu tanpa dibayar seperserpun. Lebih baik Mereka dirumah Mereka nonton atau tidur menikmati hidupnya. Tapi, itulah namanya keluarga sebagaimanapun kondisinya Dia tetapkan akan datang membantu. Sebagaimanapun Kalian memandang rendah dan lemah Mereka akan tetap datang untuk Kalian. Mereka pasti merasakan apa yang Kalian lakukan kepada Mereka, tapi Mereka menutup mata dan telinganya hanya untuk membantu Kalian karena itulah keluarga. Lain kalau Kalian memang sudah mengangap Mereka cemburu terhadap Kalian, Kalian pasti menganggap Mereka mencari muka dengan datang kerumah Kalian. Padahal belum tentu, Mereka datang bukan untuk mencari Muka. Tapi Mereka datang untuk menutup mulut dan hati kalian agar tidak memandangnya sebelah mata lagi. Mereka juga datang untuk tidak membuat Kalian Malu, membuat acara keluarga tapi tidak ada keluarga inti yang datang. Yang mana yang akan lebih malu. 

"Ketika Kita menganggap oranglain cemburu atas kehidupan Kita, sebenarnya Kitalah yang tengah cemburu atas kehidupan orang tersebut".

Kalau Kita mengatakan Dia itu cemburu, karena Kita punya ini dan itu, ebenarnya Kamulah yang tengah cemburu dengan apa yang orang lain miliki.
Hidup Kita kayaknya diawasi terus sama Dia, sebenarnya Kamulah yang telah mengawasi hidup orang tersebut.
Dia beli itu pasti karena lihat punya Kita, sebenarnya Kamu hanya tidak ingin ada saingan dalam hidupmu.
Dia pasti lagi Marah, Bukan Dia yang Marah Kamu. 
Capek pasti kalau mau ngikutin gaya hidup Kita terus, bukan Dia yang capek Kamu yang akan kehabisan memenuhi keinginan bukan kebutuhan
Kalau Kita merasa hidup Kita lagi diatas, sebenarnya ada Orang yang jauh diatas Kita lagi. 
Bagaimana Kamu memandang hidup orang lain, begitulah sebenarnya hidupmuu !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar